Bandung Braga Festival - Braga Festival 2011 kali ini berlangsung meriah, Braga Festival kembali digelar selama tiga hari, mulai 23-25 September 2011. Tahun ini, acara yang biasanya berlangsung untuk menutup akhir tahun itu dimajukan untuk merayakan hari jadi Kota Bandung pada 25 September yang ke-201. Festival bertajuk Balik Bandung ini dibuka oleh Wali Kota Dada Rosada, Jumat malam, 23 September 2011.
Arena festival memakai sepanjang Jalan Braga panjang dan pendek serta lapangan parkir Cikapundung. Total, kata Direktur Seni festival, Hanief, ada 8 pusat keramaian di festival ini.
1. Gedung New Majestic, Jalan Braga Pendek
Malam hari pertama festival Jumat malam, 23 September 2011, diisi oleh permainan musik jazz. Di hari kedua, Sabtu, 24 September 2011, gedung bekas bioskop itu 'dikuasai' penggemar musik blues. Belasan band blues akan beraksi sejak tengah hari hingga tengah malam, diselingi pemutaran film The Unseen Blues. Pada hari terakhir, Ahad, 25 September 2011, giliran musik balada yang juga menampilkan konser Leo Kristi. Setelah itu, dilanjutkan dengan pementasan lagu-lagu rock klasik.
2. Area Sawah di Jalan Braga Pendek
Di tempat sawah buatan yang seluruh padinya ditanam dalam pot ini di antaranya menjadi arena seremoni pembukaan, permainan perkusi, dan musik tarawangsa. Di hari kedua, akan menjadi tempat talkshow lingkungan dan permainan musik tradisional karinding. Pada hari ketiga, dipakai untuk acara memasak Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda, yang diteruskan oleh kesenian tradisional.
3. Panggung Sudut di Jalan Braga Pendek
Panggung ini di hari kedua mulai pukul 10.00 WIB dipakai untuk menampilkan debus, reog, teater, sulap, dan tarot, serta permainan alat musik kecapi. Pada hari ketiga, panggung itu menjadi tempat pentas bagi kelompok teater, di antaranya Kelompok Payung Hitam.
4. Panggung Muter di Jalan Braga Panjang
Panggung ini menjadi pusat permainan cahaya dan kembang api pada pembukaan acara. Di hari kedua sejak pukul 09.00 WIB, menjadi pentas permainan gitar klasik, biola, jazz; serta monolog teater Wawan Sofwan; pembacaan puisi oleh Dedy Koral, Acep Zamzam Noor, Iman Soleh; dan pergelaran musik hingga tengah malam. Di hari ketiga, panggung diramaikan oleh permainan drum tunggal hingga musikalisasi puisi dan teater.
5. Panggung depan Gedung Gas Negara Jalan Braga Panjang
Tempat ini di hari pertama menjadi lokasi peragaan busana, tarian, dan pembacaan risalah Braga di acara pembukaan. Pada hari kedua, diramaikan oleh pentas musik, kabaret, peragaan busana, dan ditutup oleh orasi ilmiah Pidi Baiq. Sebagai penutup di hari ketiga, panggung dipakai untuk pentas musik, seperti perkusi dan musik bambu.
6. Lapangan Parkir Jalan Cikapundung
Selama tiga hari, arena tersebut dimeriahkan oleh musik angklung, perkusi, pencak silat, dan bajidoran. Adapun di area anak-anak, diisi oleh tarian siswa sekolah dasar, vokal grup, dan sulap.
7. Gedung YPK, Jalan Naripan
Pada hari kedua festival, gedung ini dipakai untuk pemutaran film independen dan pelatihan membuat skenario.
8. Mal Braga City Walk
Arena ini dipakai untuk pemutaran film dan pelatihan membuat film pada hari kedua dan ketiga festival.
Sementara itu, di sisi sepanjang jalan, panitia menyiapkan stan-stan dan saung untuk para pedagang, mulai dari makanan, pakaian, hingga benda seni. Festival ini gratis.
Arena festival memakai sepanjang Jalan Braga panjang dan pendek serta lapangan parkir Cikapundung. Total, kata Direktur Seni festival, Hanief, ada 8 pusat keramaian di festival ini.
1. Gedung New Majestic, Jalan Braga Pendek
Malam hari pertama festival Jumat malam, 23 September 2011, diisi oleh permainan musik jazz. Di hari kedua, Sabtu, 24 September 2011, gedung bekas bioskop itu 'dikuasai' penggemar musik blues. Belasan band blues akan beraksi sejak tengah hari hingga tengah malam, diselingi pemutaran film The Unseen Blues. Pada hari terakhir, Ahad, 25 September 2011, giliran musik balada yang juga menampilkan konser Leo Kristi. Setelah itu, dilanjutkan dengan pementasan lagu-lagu rock klasik.
2. Area Sawah di Jalan Braga Pendek
Di tempat sawah buatan yang seluruh padinya ditanam dalam pot ini di antaranya menjadi arena seremoni pembukaan, permainan perkusi, dan musik tarawangsa. Di hari kedua, akan menjadi tempat talkshow lingkungan dan permainan musik tradisional karinding. Pada hari ketiga, dipakai untuk acara memasak Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda, yang diteruskan oleh kesenian tradisional.
3. Panggung Sudut di Jalan Braga Pendek
Panggung ini di hari kedua mulai pukul 10.00 WIB dipakai untuk menampilkan debus, reog, teater, sulap, dan tarot, serta permainan alat musik kecapi. Pada hari ketiga, panggung itu menjadi tempat pentas bagi kelompok teater, di antaranya Kelompok Payung Hitam.
4. Panggung Muter di Jalan Braga Panjang
Panggung ini menjadi pusat permainan cahaya dan kembang api pada pembukaan acara. Di hari kedua sejak pukul 09.00 WIB, menjadi pentas permainan gitar klasik, biola, jazz; serta monolog teater Wawan Sofwan; pembacaan puisi oleh Dedy Koral, Acep Zamzam Noor, Iman Soleh; dan pergelaran musik hingga tengah malam. Di hari ketiga, panggung diramaikan oleh permainan drum tunggal hingga musikalisasi puisi dan teater.
5. Panggung depan Gedung Gas Negara Jalan Braga Panjang
Tempat ini di hari pertama menjadi lokasi peragaan busana, tarian, dan pembacaan risalah Braga di acara pembukaan. Pada hari kedua, diramaikan oleh pentas musik, kabaret, peragaan busana, dan ditutup oleh orasi ilmiah Pidi Baiq. Sebagai penutup di hari ketiga, panggung dipakai untuk pentas musik, seperti perkusi dan musik bambu.
6. Lapangan Parkir Jalan Cikapundung
Selama tiga hari, arena tersebut dimeriahkan oleh musik angklung, perkusi, pencak silat, dan bajidoran. Adapun di area anak-anak, diisi oleh tarian siswa sekolah dasar, vokal grup, dan sulap.
7. Gedung YPK, Jalan Naripan
Pada hari kedua festival, gedung ini dipakai untuk pemutaran film independen dan pelatihan membuat skenario.
8. Mal Braga City Walk
Arena ini dipakai untuk pemutaran film dan pelatihan membuat film pada hari kedua dan ketiga festival.
Sementara itu, di sisi sepanjang jalan, panitia menyiapkan stan-stan dan saung untuk para pedagang, mulai dari makanan, pakaian, hingga benda seni. Festival ini gratis.