Rabu, 09 Maret 2011

Menaklukkan Sentul dengan Honda CBR 250R


Setelah di sirkuit Bira di Thailand (akhir Oktober 2010), Kompas.com kembali memperoleh kesempatan membesut Honda CBR 250R yang digelar PT Astra Honda Motor (AHM) di sirkuit Internasional Sentul, Cibinong, Bogor, Sabtu (26/2). Bedanya, dalam test ride kali kedua ini yang dikebut bukan cuma CBR250R dengan teknologi CBS (Combined Brake System) dan ABS (Anti-lock Brake System) seperti di Thailand, tapi juga disediakan tipe standarnya (tanpa ABS).

Ketika mengamati sepeda motor sport terbaru Honda untuk pasar Indonesia ini, ada perbedaan dengan produksi Thailand. Pada bagian depan dikasih tempat untuk nomor polisi. Trus, lampu utamanya saat kunci kontak di posisi "ON" tidak langsung menyala. Kemudian standar emisinya, jika di Thailand sudah Euro3, Indonesia masih Euro2.

Perbedaan lain yang ingin diketahui, soal akselerasi dan kecepatan maksimum. Sebab, ketika di Thailand, dalam katalog tidak dijelaskan berapa tenaga dan torsi maksimum serta konsumsi bahan bakar.

"Kami belum memberi data tersebut karena setiap negara mempunyai metode yang berbeda. Kecuali kalau sudah diberikan, baru kita lakukan," ungkap Noritaki Takomi, Development Project Leader CBR250R menjawab pertanyaan Kompas.com.

Akselerasi lebih bagus Masuk sesi tes, Kompas.com yang masuk grup I dipandu pebalap motor nasional Harlan Fadillah. Karena sudah punya pengalaman di Thailand, tentu ingin dirasakan seperti apa akselerasi dari mesin 249 cc DOHC 4-Tak, 4-katup dengan silinder tunggal yang sudah dilengkapi dengan Programmed Fuel-Injection (PGM-FI). Begitu juga kecepatan maksimum yang dilakukan di trek lurus 900 meter dengan dua cara.

Tahap pertama, keluar tikungan terakhir dengan gigi dua lantas memaksimumkan putaran mesin pada 10.500 rpm pada gigi tiga dan empat diraih kecepatan maksimum 151 km/jam. Cara kedua, tetap gigi dua tapi dengan putaran mesin 7.500, hasilnya 158 km/jam. Bisa segitu lantaran itulah torsi terbaiknya (mungkin bisa sampai 8.000 rpm), selain Kompas.com juga mengikuti racing line dari Harlan.

Namun, saat menjajal yang non-ABS justru kecepatan maksimum hanya 149 km/jam. Lebih rendah lantaran tak berani mengerem terlalu dekat, bahkan di tikungan "S" kecil, roda belakang sempat sliding dan beruntung tidak jatuh. yang jelas tenaga bawahnya lumayan galak, dan ketika bermain di putaran atas getaran mesin agak terasa, ini memang ciri mesin silinder tunggal.

Ketika pakai yang ABS, goncangan tidak terasa saat melindas tampalan semen di hampir semua tikungan. Boleh jadi getaran sudah diredam oleh kerangka model "diamond" dari pipa baja yang dipadu dengan suspensi Pro-link. Rem, baik depan (tuas) dan belakang (pedal) tak perlu ditarik dan ditekan maksimal, tapi cukup dengan sentuhan ringan, penghenti laju sudah bekerja. Bahkan di tikungan R3 saat ke luar racing line, dengan menarik tuas rem depan secara halus, motor masuk kembali ke jalurnya.

Mengenai akselerasi, ternyata CBR 250R untuk Indonesia sedikit lebih baik. Dengan mengandalkan putaran mesin maksimal 8.000 rpm gigi I mencapai 35 km per jam, gigi II 57km/jam, dan gigi III 91 km/jam.
◄ Newer Post Older Post ►