Sabtu, 17 Desember 2011

PEMANFAATAN KENCING SAPI MENJADI PUPUK ORGANIK CAIR




Sampai tahun 2010, populasi ternak sapi di Kabupaten Sinjai,
Propinsi Sulawesi Selatan telah mencapai 50.333 ekor, terdiri dari :
50.067 ekor sapi potong dan 266 ekor sapi perah. Fenomena ini tentu
berpotensi menghasilkan limbah yang tidak sedikit jumlahnya. Salah
satunya adalah kencing sapi. Limbah ini dapat dimanfaatkan untuk
pupuk organik cair bagi tanaman maupun sebagai bahan fermentasi
Limbah pertanian menjadi pakan ternak ruminansia, melalui rekayasa
teknologi.
         Mengantisipasi fenomena tersebut, salah satu upaya yang
dilakukan oleh BPTP Sulawesi Selatan adalah membimbing peternak
membuat pupuk cair dari kencing sapi melalui Program FEATI/P3TIP. 2
(dua) kelompok FMA (Farmers Managed Extension Activities) di
Kabupaten Sinjai yakni FMA Biroro dan FMA Lasiai telah dilatih.
Berangkat dari hasil pelatihan ini, mereka telah membuat pupuk organik cair dari kencing sapi yang dikumpulkan dari
kandang Kelompok walaupun produksinya masih skala rumah tangga namun dapat dimanfaatkan oleh anggota
kelompoknya. Ke depan, tentunya diharapkan dapat berkembang menjadi skala ekonomi sehingga manfaatnya akan
semakin luas dan dapat meningkatkan pendapatan peternak. 
         Pembuatan pupuk cair ini menggunakan inokulan Bio Urine jenis AZBA (bakteri Azotobacter) dan RB (bakteri Rumino
Bacillus) dengan cara memasukkan 1 liter AZBA, 1 liter RB dan 800 liter kencing sapi ke dalam bak fermentasi, lalu diaduk
hingga merata kemudian bak fermentasi ditutup rapat selama 7 hari. Hari ke 8 kencing sapi yang telah difermentasi
diuapkan dengan menggunakan aerator (gambar 1) dilakukan selama 6 jam setiap hari selama 5 hari bertutut-turut.
Pemutaran ini berfungsi untuk menangkap N dari udara, dan menghilangkan gas amoniak yang ada dalam kencing sapi.
Gas amoniak ini harus dihilangkan karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
         Jika Inokulan AZBA dan RB tidak tersedia, cara lain dapat dilakukan yaitu : Siapkan 20 liter kencing sapi, 1 kg gula
merah atau 1 liter tetes, segala jenis empon-empon (jahe, lengkuas, kunyit, temu ireng, temulawak, kencur dll.) masingmasing 1
/2 kg, 1 gelas air rendaman kedelai atau 1 sendok makan Urea dan 4 liter air.
         Caranya : Empon-empon dihaluskan dan dimasak sampai mendidih. Setelah dingin dicampur dengan semua bahan
yang lain. Ditutup rapat dan didiamkan selama 3 minggu. Setiap hari 2 kali atau  tiap pagi dan sore tutup dibuka untuk
membuang gas yang dihasilkan atau boleh menggunakan aerator untuk mempercepat proses penguapan gas.
         Apabila bahan fermentor dianggap masih kurang sempurna maka dapat ditambahkan EM4 100 ml. Pupuk cair yang
telah jadi, dapat langsung digunakan yaitu : 1 liter fermentasi kencing sapi (bio urine) dicampur 10 liter air lalu
disemprotkan ke tanaman. Untuk benih/ biji direndam selama semalam sedangkan untuk bibit perendaman selama
maksimal 10 menit. Keunggulan pupuk cair bio urine dibandingkan dengan pupuk cair lainnya adalah kandungan fito
hormon Auksin yang merupakan zat perangsang tumbuh pada tanaman.
         Pada tanaman padi penyemprotan dilakukan pada umur 14-21 HST, 25-30 HST dan pada fase primordial saat sudah
ada satu tanaman yang mengeluarkan bunga, sedangkan untuk tanaman hortikultura penyemprotan dilakukan pada umur
14-21 HST (terdapat 3-4 helai daun) dan pada saat pembentukan bunga
◄ Newer Post Older Post ►