http://my.thanhsiang.org/klintiendharm/sumber/flora_my/or_vege/ov
http://my.thanhsiang.org/klintiendharm/sumber/flora_my/or_vege/ov_green-mar02.jpg
Tiba-tiba saja orang bicara soal makanan organik. Penjualan buah dan sayuran organik pun belakangan semakin menjamur. Apa sih makanan organik dan benarkah lebih sehat ketimbang makanan konvensional?
Pangan organik adalah semua jenis pangan yang berasal dari organisme hidup (hewan atau tumbuhan). Organik sendiri adalah sesuatu yang mengandung karbon.
Karena kekurang tahuan beberapa pihak, akhirnya pangan organik hanya terbatas pada pangan yang penggunaan bahan-bahan yang diusahakan secara non-pestisida dan non-pupuk buatan.
Beda antara pangan organik dan pangan konvensional.
Dalam pertanian organik, produknya tidak bersentuhan dengan senyawa kimiawi seperti copper, sulfur dan nikotin, yang merupakan bahan dasar pestisida, tapi sering dikaitkan dengan penggunaan pupuk kandang dan kompos, dan pemerintah harus membuat suatu standarisasi atau labelisasi, sebab tanpa ada patokan tidak tertutup kemungkinan ada pangan ‘organik-organikan’ yang dapat merugikan konsumen.
Sebagai contoh, Departemen Pertanian Amerika (USDA), pada tahun 1998 mengusulkan pangan yang dijual di pasaran boleh mengklaim sebagai pangan organik apabila paling sedikit 50 persen bahan penyusunannya memang diproduksi secara organik. Untuk pangan kemasan, 95 persen bahannya dihasilkan melalui pertanian organik. Pangan tersebut tidak boleh mengandung nitrat, nitrit, dan sulfit.
KESADARAN LINGKUNGAN Kekhawatiran orang terhadap pangan konvensional tidak lepas dari digunakannya bahan kimia. Tak sedikit orang yang mempertanyakan keamanan residu pertisida dalam bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang kemungkinan dapat berakumulasi dengan tubuh. Padaha, ada sinyalemen bahwa residu pestisida dalam tubuh manusia bisa bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Para petani di negara-negara maju sebagian besar sudah melek pengetahuan sehingga mereka mau mengikuti aturan tentang dosis pupuk dan pestisida. Ini berbeda dengan petani-petani di negara yang sedang berkembang yang pendidikannya rendah. Kemampuan untuk menyerap informasi teknologi menjadi kurang maksimal. Akhirnya, penggunaan pupuk dan pestisida kurang memperhatikan aspek lingkungan.Kebanyakan orang mengkonsumsi makanan organik karena dorongan dan kesadaran akan lingkungan serta demi penyelamatan kesehatan generasi penerus. Dengan mengkonsumsi pangan organik, mereka dianggap berjasa menyelamatkan lingkungan dan meminimalkan penggunaan pestisida maupun pupuk buatan.
Pangan organik dianggap lebih bersahabat dengan lingkungan, karena mengambil dari alam dan mengembalikannya kembali ke alam sambil menjaga keragaman hayati (tidak perlu membunuh makluk hidup secara berlebihan karena penggunaan musuh alami atau pestisida dari bahan tanaman sendiri). Pengendalian
hama dilakukan dengan penggunaan pestisida seminimal mungkin, dan semaksimal mungkin menggunakan hama-hama alam, seperti serangga.YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. Pilihlah sayuran, buah-buahan atau daging yang memang telah memiliki label jelas.
2. Cucilah sayur atau buah organik dengan air yang mengalir (keran) beberapa kali, atau cuci dengan kalium fermanana atau garam yang merupakan bagian dari pencuci
hama. Tujuannya agar sayuran terhindar dari sisa telur ulat.3. Rebuslah sayuran dengan panas yang cukup, sehingga telur atau bakteri yang menempel akan mati.
BOLONG-BOLONG DAN LEBIH MAHAL
Dari segi keamanan kesehatan mengkonsumsi pangan organik sebenarnya belum tentu lebih bergizi dan tidak lebih aman dibanding pangan konvensional. Produk pangan organik ternyata juga berisiko menimbulkan pencemaran mikroba. Misalnya, penggunaan pupuk organik. Sama halnya penggunaan pestisida, yang kemudian berakumulasi di tubuh, yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan.
Meski belum ada bukti ilmiah yang menunjukan bahwa pangan yang dihasilkan dari pertanian organik lebih sehat, bergizi, dan aman, sebagian pakar mengatakan bahwa hasilnya relatif sama dengan pangan konvensional lainnya. Sekarang justru ada yang mengkhawatirkan penggunaan pupuk kandang dan kemungkinan kontaminasi bakteri yang mungkin terjadi pada produk pangan organic. Sebuah penelitian di
University of Georgia menunjukkan bahwa pangan organik sedikit lebih besar peluangnya untuk tercemar E Coli, bakteri dari kotoran sapi yang sering menyebabkan sakit perut.Performance dari hasil pangan organik sangat tidak menarik, karena umumnya berpenampilan bolong-bolong. Meski terjadi pro-kontra, kalau dilihat dari segi cita rasa, pangan organik memang lebih baik, namun di sisi harga pangan organik memang lebih mahal.
Para konsumen pun setiap tahunnya bertambah, ini berarti untuk waktu yang akan datang organic food akan lebih mudah didapat.
source:http://warungmuslimah.multiply.com/journal/item/5/SEKILAS_TENTANG_ORGANIK