wandinews.com - Anggapan sepakbola hanya untuk kaum Adam akhirnya terhenti, setidaknya setelah Amy Fearn mencatatkan sejarah sebagai wasit wanita pertama yang memimpin pertandingan.
Kendati Piala Dunia sepakbola wanita telah digelar jauh sebelumnya pada tahun 1991 lalu, akan tetapi hal itu tidak lantas mempermudah langkah wanita untuk berkiprah di ajang pesepakbolaan internasional.
Terutama untuk urusan memimpin pertandingan, kaum Hawa kerap terpinggirkan saat bersaing dengan kaum Adam untuk meraih kepercayaan menjadi wasit utama dan memimpin jalannya pertandingan.
Banyak pertimbangan dan alasan yang menjadi dalih sejumlah kalangan saat memutuskan untuk tidak menggunakan jasa wasit wanita di sebuh pertandingan resmi.
Buktinya, setelah sekian banyak muncul nama wasit wanita, namun baru pada tahun 2010 lalu seorang wasit wanita dipercaya memimpin jalannya pertandingan.
Wanita yang beruntung itu ialah, wasit asal Inggris Amy Fearn. Fearn dipercaya memimpin pertandingan di Liga Championship (Divisi kedua setelah Liga Premier) saat Coventry City berhadapan dengan Nottingham Forest.
Akan tetapi, Fearn tidak mendapatkan kepercayaan itu begitu saja, karena setidaknya ia membutuhkan waktu hingga pertandingan memasuki menit ke-70, ketika wasit utama sesungguhnya Tony Bates mengalami cedera betis.
Fearn yang semula menjadi penjaga garis, ditunjuk menggantikan Bates sebagai wasit utama. Pemilihan Fearn bukan tanpa sebab.
Kendati ia tak terdaftar sebagai official wasit keempat, namun ia merupakan wasit paling senior setelah Bates pada pertandingan itu, sehingga jika secara otomatis Fearn akan terpilih jika wasit utama mengalami cedera.
Sekalipun tidak lebih dari 20 menit memimpin pertandingan, namun Fearn tetap berhasil mengukirkan namanya sebagai wasit wanita pertama yang memimpin pertandingan Liga dunia.
Hebatnya, sepanjang 20 menit ia memimpin pertandingan tersebut, Fearn tampil tanpa cela akibat kebijakan kontroversi yang berpotensi kekecewaan dari kedua klub yang bertanding.
Hal tersebut, tidak terlepas dari catatan karier selama tujuh tahun sebagai wasit yang telah ia lakoni sebelumnya. Catatan itu ia bukukan saat ia memimpin pertandingan nonliga (Conference).
Meskipun hanya berjalan singkat, setidaknya kehadiran Fearn sebagai wasit utama telah mencatatkan esensi keterwakilan kaum wanita dalam dunia perwasitan Internasional. (inilahCom)
Kendati Piala Dunia sepakbola wanita telah digelar jauh sebelumnya pada tahun 1991 lalu, akan tetapi hal itu tidak lantas mempermudah langkah wanita untuk berkiprah di ajang pesepakbolaan internasional.
Terutama untuk urusan memimpin pertandingan, kaum Hawa kerap terpinggirkan saat bersaing dengan kaum Adam untuk meraih kepercayaan menjadi wasit utama dan memimpin jalannya pertandingan.
Banyak pertimbangan dan alasan yang menjadi dalih sejumlah kalangan saat memutuskan untuk tidak menggunakan jasa wasit wanita di sebuh pertandingan resmi.
Buktinya, setelah sekian banyak muncul nama wasit wanita, namun baru pada tahun 2010 lalu seorang wasit wanita dipercaya memimpin jalannya pertandingan.
Wanita yang beruntung itu ialah, wasit asal Inggris Amy Fearn. Fearn dipercaya memimpin pertandingan di Liga Championship (Divisi kedua setelah Liga Premier) saat Coventry City berhadapan dengan Nottingham Forest.
Akan tetapi, Fearn tidak mendapatkan kepercayaan itu begitu saja, karena setidaknya ia membutuhkan waktu hingga pertandingan memasuki menit ke-70, ketika wasit utama sesungguhnya Tony Bates mengalami cedera betis.
Fearn yang semula menjadi penjaga garis, ditunjuk menggantikan Bates sebagai wasit utama. Pemilihan Fearn bukan tanpa sebab.
Kendati ia tak terdaftar sebagai official wasit keempat, namun ia merupakan wasit paling senior setelah Bates pada pertandingan itu, sehingga jika secara otomatis Fearn akan terpilih jika wasit utama mengalami cedera.
Sekalipun tidak lebih dari 20 menit memimpin pertandingan, namun Fearn tetap berhasil mengukirkan namanya sebagai wasit wanita pertama yang memimpin pertandingan Liga dunia.
Hebatnya, sepanjang 20 menit ia memimpin pertandingan tersebut, Fearn tampil tanpa cela akibat kebijakan kontroversi yang berpotensi kekecewaan dari kedua klub yang bertanding.
Hal tersebut, tidak terlepas dari catatan karier selama tujuh tahun sebagai wasit yang telah ia lakoni sebelumnya. Catatan itu ia bukukan saat ia memimpin pertandingan nonliga (Conference).
Meskipun hanya berjalan singkat, setidaknya kehadiran Fearn sebagai wasit utama telah mencatatkan esensi keterwakilan kaum wanita dalam dunia perwasitan Internasional. (inilahCom)