Minggu, 29 April 2012

KISAH NABI NUH AS

Kisah Nabi Nuh
(diambil dari ‘Koleksi Nabi-nabi dalam al-Qur’an’ oleh Dr.Afif Abdullah)

Penyembahan Patung dan Politheisme

Nuh adalah Rasul pertama yang diutus menyampaikan risalah kepada kaumnya ketika mereka sudah berpaling menyembah patung-patung dan berbuat kezhaliman dan kekufuran.
Al-Qur’an menyebutkan nama patung-patung yang disembah kaum Nabi Nuh sebagaimana dikatakan oleh pembesar-pembesar mereka sebagai berikut, "Dan mereka berkata, ‘Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan), tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa, yaghuts, ya’uq, dan nasr.’ Dan sesungguhnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang zhalim itu selain kesesatan."
Qs. 71 : 23-24
Di samping itu, mereka masih mempunyai sesembahan-sembahan lain sebagaimana diisyaratkan oleh ayat yang berbunyi: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan), tuhan-tuhan kamu’. Dikatakan bahwa yang maksud adalah bintang-bintang yang tampak di malam hari dan tenggelam di siang hari, dijadikan oleh mereka sebagai patung-patung yang menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka.
Nabi Nuh telah mempergunakan waktu panjang dalam berdakwah untuk menyembah Allah. Allah berfirman, "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun."
Qs. 29 : 14
Akan tetapi, waktu yang begitu panjang tidak menghasilkan buah keberhasilan di kalangan mereka. Hanya sedikit kaum yang beriman dari kalangan mereka. Bahkan seorang ayah, apabila anaknya sudah menginjak umur dewasa, mewasiatkan agar tidak mengikuti Nuh sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa anak-anak tersebut mewarisi kemusyrikan dan kemaksiatan orang tuanya.

Dakwah ke Jalan Allah
Nuh berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya kau ini orang yang menyampaikan ancaman Allah dan menerangkan jalan keselamatan kepada kalian. Maka beribadahlah hanya kepada Allah saja, dan jangan menserikatkan-Nya, karena aku mengkhawatirkan kalau kalian menyembah kepada selain-Nya dan menyekutukan-Nya akan mendapat adzab yang sangat pedih pada Hari Kiamat nanti.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata) ‘Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa adzab (pada) hari yang sangat menyedihkan.’"
Qs. 11 : 25-26
Sebagaimana kata Nuh pula, ‘Sesungguhnya jika kalian taat kepada Allah dan menjauhi keburukan, niscaya Allah akan mengampuni dosa kalian yang telah lalu dan membebaskan kalian menikmati kenikmatan dunia sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah. Akan tetapi kalian berbuat maksiat terhadap Tuhan, maka Tuhan tak akan menangguhkan umur kalian bahkan segera akan menimpa adzab yang datang secara tiba-tiba kepada kalian, sehingga tidak merasakan dan menduga-duga kapan datangnya adzab itu.
"Nuh berkata, ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kamu, (yaitu) sembahlah Allah, bertaqwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu, sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.’"
Qs. 71 : 2-4

Kesombongan Kaum Kafir
Akan tetapi, kaum Nabi Nuh tidak mau menghiraukan nasehat dan ancaman Allah. Mereka mengingkari kenabian Nuh bedasarkan beberapa alasan berikut ini:
  1. Nuh adalah manusia biasa yang membutuhkan makan dan minum, bagaimana mungkin manusia biasa menjadi Nabi? Nabi, menurut pandangan mereka haruslah seorang Malaikat.
  2. Pengikut-pengikut Nuh adalah orang-orang lemah, yakni orang-orang fakir yang terdiri dari para buruh, petani, dan orang-orang jembel. Mereka yang mengikuti Nuh, menurut anggapan mereka, tanpa berpikir lebih dulu, dan tidak mempunyai kelebihan apa-apa.
  3. Mereka menuduh Nuh dan para pengikutnya sebagai orang-orang bohong. Tetapi, tuduhan mereka hanya berdasarkan sangkaan tanpa bukti.
"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, ‘Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta."
Qs. 11 : 27
Dalam ayat lain, al-Qur’an menggambarkan kesombongan dan pembangkangan kaum Nuh terhadap dakwahnya dan mencelanya sebagai pihak yang sesat. Di samping itu, digambarkan tentang kelemah-lembutan Nuh dan kesabarannya dalam menghadapi cemooh itu. Nuh menerangkan kepada mereka bahwa sama sekali tidak luar biasa jika Allah mengutus seorang Rasul salah seorang dari kaum itu, kemudian memberi nasihat dan peringatan menuju rahmat Allah dan ridha-Nya, termasuk kepada kaumnya.
"Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata, ‘Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.’ Nuh menjawab, ‘Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak ketahui. Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertaqwa dan supaya kamu mendapat rahmat.’"
Qs. 7 : 60-63

Nuh Melanjutkan Dakwahnya
Nuh melanjutkan dakwahnya dengan mempergunakan metoda diskusi dan menanggulangi kekerasan hati mereka. Nuh berkata kepada kaumnya, ‘Bagaimana pendapatmu tentang status diriku di depan matamu, andaikan aku mempunyai bukti yang kuat dari Tuhanku bahwa Dia memberiku kenabian dan risalah dengan rahmat dan fadlilah-Nya? Sebenarnya yang menutup diri kalian untuk menerima petunjuk adalah kebodohan dan terpedayanya dengan harta dan empuknya kedudukan. Apakah dapat dibenarkan kiranya kalau aku membenci kebandelan kalian sebagai imbangan kebencian kalian terhadap kenabianku? Padahal aku ini tidak meminta imbalan dalam memberi petunjuk kepada kalian, baik berupa harta maupun kedudukan. Akan tetapi aku hanyalah mengharapkan pahala Allah semata.
Rupanya, perkataan Nuh kali ini tampak berpengaruh di kalangan mereka. Akan tetapi mereka mendapatkan bahwa pengikut-pengikut Nuh terdiri dari orang-orang fakir dan orang-orang lemah yang jauh mempunyai perbedaan dengan mereka, baik segi sosial maupun kekayaan. Maka, mereka mensyaratkan akan beriman kepadanya asalkan Nuh mau menjauhkan orang-orang lemah darinya, mengusir dan menghalau mereka ketika mengikuti dakwahnya. Mendengar perkataan mereka itu, Nuh menjawab, ‘Aku sama sekali tidak akan mengusir orang-orang beriman itu karena hanya ingin memenuhi permintaan kalian atau karena hanya penghinaan kalian terhadap mereka. Tidak, mereka adalah orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah dan akan menemui Tuhan mereka pada Hari Kiamat dengan mendapatkan pahala dari-Nya. Adapun kalian, menurut pandanganku adalah orang-orang yang bodoh. Semua orang, dalam pandangan Allah adalah sama. Dia tidak mengklasifikasikan manusia berdasarkan kekayaan dan kedudukan di dunia ini. Hai kaumku, ketahuilah! Tidak ada seorang pun yang bisa menolong dan menyelamatkanku dari siksa Allah andaikan aku mengusir mereka sesudah mereka beriman. Apakah kalian tidak ingat bahwa mereka mempunyai Tuhan yang akan menolong mereka? Kemudian, aku tidak pernah mengatakan bahwa aku pemilik gudang Allah yang bisa mempergunakan sesuatu menurut kehendakku. Aku tidak mengatakan bahwa aku tidak lebih mengetahui yang ghaib dan tidak mengatakan bahwa aku seorang malaikat sehingga mereka mau mengikutiku. Sebenarnya, aku tidak lebih dari seorang manusia biasa. Aku tidak mengatakan kepada orang-orang yang kamu hina bahwa Allah tidak mendatangkan keberuntungan kepada mereka karena mencari muka di hadapan kalian. Karena, Allah sendiri Maha Mengetahui keikhlasan dirimu. Kalau aku lakukan perbuatan itu karena untuk memenuhi permintaanmu, niscaya aku ini termasuk golongan orang-orang yang sesat.
"Berkata Nuh, ‘Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika ada yang mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat di sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu? Apa akan kami paksakan kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya?’ Dan (dia berkata), ‘Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepadamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.’ Dan (dia berkata), ‘Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (adzab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka, tidaklah kamu mengambil pelajaran? Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa) aku mempunyai gudang-gudang rezki dan kekayaan Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib, dan tidak (pula) aku mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat-malaikat, dan juga tidak aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu.’ Sekali-kali tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; Sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zhalim."
Qs. 11 : 28-31

Keingkaran yang Mencelakakan
Perkataan dan nasihat Nuh tidak berbekas di dalam hati kaumnya. Bahkan mereka membantah, ‘Hai Nuh, kau telah menentang kami secara berlarut-larut. Maka andaikan benar dakwahmu itu, cobalah kau datangkan adzab yang kau ancamkan itu.’ Nuh menjawab, ‘Masalah adzab itu pada kekuasaan Allah dan Dialah yang akan menimpakan adzab kepada kalian dan tak dapat seorang pun melarang-Nya. Sama halnya dengan nasihat yang telah aku sampaikan kepadamu, namun kalian tidak mau memanfaatkannya walaupun aku menghendaki kebaikan kalian di balik nasihat itu. Andaikan Allah menghendaki untuk menjerumuskan kalian yang disebabkan kebobrokan mental kalian sehingga tidak mau menerima kebenaran itu maka Allah swt itu memang Tuhan kalian. Pada Hari Kiamat nanti, kalian semua akan kembali kepada-Nya, dan akan memberi balasan sesuai dengan perbuatan-perbuatan kalian di dunia.
"Mereka berkata, ‘Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah membantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.’ Nuh menjwab, ‘Hanyalah Allah yang akan mendatangkan adzab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.’"
Qs. 11 : 32-34

Mengadu kepada Allah
Sesudah Nabi Nuh menemui jalan buntu dalam menghadapi kaumnya, ia mengadukan penentangan itu kepada Allah, ‘Hai Tuhanku, hamba telah menyeru kaumku untuk beriman kepada-Mu dan meninggalkan penyembahan patung. Aku benar-benar mengharapkan agar mereka mau beriman dan aku sudah berusaha dengan menggunakan bermacam-macam cara tak kenal waktu siang maupun malam. Akan tetapi, hasil dari harapan dan dakwahku untuk beribadah kepada-Mu hanyalah penentangan dan keacuhan. Ketahuilah hai Tuhanku, ketika aku berdakwah untuk menyembah-Mu mereka sangat berlebihan dalam keburukan. Mereka tutup telinga dengan ujung-ujung jarinya agar tidak mendengar dakwahku. Bahkan saking bencinya padaku mereka tutup seluruh tubuh mereka dengan kain-kain agar tidak bisa melihat aku dan dakwah yang aku sampaikan kepada mereka. Mereka itu memang benar-benar keterlaluan dalam menentang dakwah ke jalan Allah. Bahkan mereka sangat sombong dalam memperlakukan para pengikutku dan menanggapi dakwahku. Kemudian, hai Tuhanku, aku lanjutkan dakwahku dengan mempergunakan berbagai macam metode, kadang-kadang dengan terang-terangan di depan jama’ah mereka, kadang-kadang secara perseorangan dan sembunyi-sembunyi. Aku katakan pada mereka, mintalah ampun kepada Tuhan kalian atas kekufuran dan kemaksiatan yang telah kalian lakukan, sesungguhnya Tuhan Maha Penerima Taubat dan mengampunkan dosa-dosa hamba-Nya. Dia akan memberi pula taubat dan permohonan kalian. Kemudian akan menurunkan hujan lebat yang menyuburkan tanah-tanah kalian. Memberi rezki yang berupa harta benda yang membuat kalian makmur, memberi kepada kalian keturunan sebagai kekuatan yang membentengi, kebun-kebun yang menyegarkan kehidupan, sungai-sungai sebagai irigasi sawah kalian.
"Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai’.’"
Qs. 71 : 5-12

Berpaling kepada Kekuasaan Allah
Setelah Nuh menerangkan arti istighfar kepada kaumnya dan kaitannya dengan kebahagiaan duniawiyah, ia mengalihkan pandangan kaumnya kepada kekuasaan Allah dengan maksud agar mereka mau beriman. Dia berkata kepada kaumnya, ‘Bagaimana kalian tidak takut kepada keagungan dan kekuasaan Allah yang telah menciptakan kalian secara evolusi, dari nutfahmenjadi ’alaqah kemudian mughdah dan terakhir dijadikan tulang dan daging.’
Allah berfirman, "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian."
Qs. 71 : 13-14
Kemudian Nuh melanjutkan dakwahnya dengan memalingkan pandangan mereka kepada kekuasaan Allah yang ada di angkasa raya ini. Allah telah menciptakan bintang-bintang, bulan yang beredar di atas agar menerangi kalian di bumi pada malam hari, matahari sebagai pelita yang menerangi di siang hari, dan menciptakan kalian dari tanah serta tanaman-tanaman yang menjadi kebutuhan makan kalian tumbuh dari tanah pula. Kemudian kalian dikembalikan ke dalam tanah sesudah mati (dikubur) dan dibangunkan kembali pada Hari Kiamat untuk dihisab. Hal itu bagi Allah adalah mudahnya menciptakan bumi yang terbentang ini, agar kalian bisa mencari sarana yang sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan rezki dan ilmu pengetahuan.
Allah berfirman, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu dari tanah dan mengeluarkan kamu (dari padanya pada Hari Kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu."
Qs. 71 : 15-20

Ancaman terhadap Nuh
Dakwah Nuh hanya berpengaruh kecil sekali bagi kaumnya sebagaimana diterangkan oleh al-Qur’an. "….Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit."
Qs. 11 : 40
Adapun kebanyakan kaumnya mengacuhkan dan membohongkannya, bahkan mengatakannya gila. Mereka juga menanggapinya dengan mengeluarkan ancaman dan kehinaan. Allah berfirman, "Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, ‘Dia seorang yang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.’"
Qs. 54 : 9
Mereka mengancam untuk merajam Nabi Nuh. Mereka berkata, "Sungguh, jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam."
Qs. 26 : 116
Akan tetapi Nuh tidak menganggapnya itu, bahkan Nuh menantangnya dengan berkata, ‘Seandainya eksistensiku sebagai penyampai risalah Tuhanku ini merupakan siksaan bagi kalian, maka aku pun tak akan berhenti menyampaikan dakwahku sambil bertawakkal kepada Allah. Bersekutulah kalian dengan tuhan-tuhan yang bathil itu untuk memusuhiku, namun aku takkan gentar. Cepatlah laksanakan kejahatan kalian kepadaku kalau kalian mampu menyiksaku. Namun, ingatlah kalian tak akan mampu melaksanakannya karena Tuhanku melindungiku dengan kasih sayang. Maka kalau kalian tetap saja menentang dakwahku, hal itu sama sekali tidak akan membahayakanku karena aku tidak minta upah dari dakwahku ini. Upahku hanyalah dari Allah semata, Dia telah memerintahku untuk tunduk kepada-Nya saja.
Allah berfirman, "Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya, ‘Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah aku bertawakkal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri kepada-Nya."
Qs. 10 : 71-72

◄ Newer Post Older Post ►