wandinews.com - Perjalanan hidup Indartarto (56), calon bupati Pacitan, Jawa Timur, yang unggul sementara dalam perolehan suara pemilihan bupati (Pilbup) Pacitan 2010, seperti kisah-kisah dalam dongeng.
Karena kondisi ekonomi yang sulit di masa kecil, dia pernah bercita-cita hanya ingin menjadi seorang sopir. Namun, siapa yang menyangka, Pak In-sapaan akrab Indartarto, kini sebentar lagi bakal menyopiri Kabupaten Pacitan periode 2011-2016 mendatang.
Ditemui di rumahnya di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Bangunsari, Kecamatan/Kabupaten Pacitan, kemarin, Indartarto menceritakan perjalanan hidupnya sejak dari nol.
Semasa kecil, hidup Indartarto serba kekurangan. Orangtuanya yakni Sudarmanto dan Kasiyati bukan tergolong orang yang berkecukupan. Ayahnya yang bekerja sebagai pamong praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan kala itu selalu tidak memiliki uang yang cukup untuk hidup enak. Bahkan, setiap hari Indartarto yang semasa kecil tinggal di Desa/Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, ini terpaksa harus makan tiwul lantaran keluarganya tidak sanggup membeli beras.
“Hidup saya semasa kecil memang serba sulit,” ujar Indartarto yang terakhir menjabat Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Pacitan.
Namun, kondisi ekonomi yang serba terbatas tidak membuat Indartarto kecil berhenti bermimpi. Dia terus tekun belajar ketika duduk di bangku SD Negeri Tulakan Pacitan. Dia kemudian melanjutkan belajar di SMP Lorok Pacitan dan SMA Negeri Pacitan. Ketika duduk di bangku SMA, Indartarto memilih belajar sambil bekerja untuk membantu ekonomi orangtuanya.
Ketika itu, Indartarto remaja menjadi kenek mobil pikap yang mengangkut sayuran dan barang dagangan. Setiap hari, usai pulang sekolah, dia tidak bermain seperti teman-teman sekolah lainnya melainkan langsung mengganti baju dan siap bekerja menjadi kenek.
Setiap hari bergumul dengan sopir dan kenek membuatnya mengenal banyak kehidupan mereka. Saat itu, dia memperhatikan sopir pikap atau truk itu selalu bisa makan dan minum enak di salah satu warung langganan. Dia juga sering diajak ke warung itu jika kebetulan sedang mengantar barang. “Dari situ, saya kala itu bercita-cita ingin menjadi seorang sopir. Dalam pandangan saya, menjadi sopir itu hidupnya enak karena bisa makan dan minum enak di warung,” tutur Indartarto sambil mengenang masa remajanya.
Keinginan untuk menjadi seorang sopir terus ada dalam benak Indartarto. Setelah lulus dari bangku SMA, dia mengurus pembuatan SIM di Polres Pacitan. Lalu, berkat bantuan ayahnya yang menjadi abdi di lingkungan Pemkab Pacitan, Indartarto bisa menjadi sopir pribadi Bupati Pacitan, Kusnan. Dia mulai menjadi sopir pribadi bupati pada 1975.
Saat itu, status Indartarto di Pemkab Pacitan adalah sebagai tenaga honorer. Namun, berkat pengabdiannya, pada tahun 1976 dia disekolahkan ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Malang. Dia lulus dari APDN tahun 1978. Setelah lulus dari sekolah calon pegawai itu, pada tahun yang sama dia diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Pacitan.
Karier pertamanya yang terlihat menanjak adalah sebagai Camat Pringkuku pada 1984. Saat itu, usianya baru 34 tahun dan tercatat sebagai camat termuda di Pemkab Pacitan. Setelah itu, dia sering berpindah menduduki berbagai jabatan di lingkungan Pemkab Pacitan. Terakhir, Indartarto menjabat sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Pacitan dan pensiun pada 2010.
Kehidupan masa kecil yang serba sulit itu membuat Indartarto terbiasa hidup sederhana dan bersahaja. Meski terakhir menjabat sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Pacitan, kehidupan ekonomi keluarga Indartarto terlihat sederhana. Rumahnya yang berada di dekat jalan raya arah Pantai Teleng Ria, Pacitan, itu tidak terlihat megah layaknya rumah pejabat lainnya.
Pria kelahiran Ponorogo, 27 September 1954 ini semula juga tidak ada keinginan pribadi untuk mencalonkan bupati Pacitan periode 2011-2016. Hatinya mulai tergerak ketika sebagian masyarakat Pacitan memintanya untuk mencalonkan diri. “Awalnya, saya tidak pernah berpikir mencalonkan diri sebagai bupati Pacitan,” ujar suami Lukiti Tri Baskorowati ini yang kini dikaruniai tiga anak ini.
Kemudian, hatinya mulai mantap ketika sebagian masyarakat Pacitan menyatakan dukungan dengan mengumpulkan 12 ribu fotokopi dukungan kepada dirinya. Keyakinannya semakin bertambah ketika Partai Demokrat bersama PKS, PPP, dan Partai Hanura mengusung pencalonannya bersama Prayitno sebagai wakil bupati dalam Pilbup Pacitan 2010. “Jadi, saya maju dan terpilih ini karena kehendak rakyat,” tuturnya.
Tinggal selangkah lagi, Indartarto bakal melenggang memimpin kota 1001 gua itu dalam lima tahun ke depan. Ada banyak hal yang akan dia benahi untuk memajukan daerah kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut. Namun, semuanya akan dimulai dari hal yang sederhana. “Pertama, saya akan menyolidkan jajaran birokrasi Pemkab Pacitan. Kalau birokrasinya baik, maka pelayanan kepada masyarakat juga akan baik,” ujar Indartarto.
Namun, cita-citanya sewaktu kecil yang ingin menjadi sopir ternyata masih terus menginspirasinya. Hanya bedanya, dia kini mengaku menjadi sopir untuk menjalankan roda Pemerintahan Kabupaten Pacitan dalam lima tahun ke depan.
"Menjadi seorang sopir itu harus membuat penumpangnya merasa aman dan nyaman saat perjalanan. Itu pula yang akan saya terapkan selama memimpin Kabupaten Pacitan lima tahun ke depan,” ujar Indartarto.
Perjalanan hidup Indartarto yang bak roller coaster menjadikannya kaya akan pengalaman dan pelajaran hidup. Meski menjadi orang nomor satu di kabupaten paling ujung barat Jawa Timur itu, namun Indartarto tetap bersahaja dan sederhana. Dia juga masih tetap ramah dan dekat dengan rakyat jelata. (Okezone.com)
Karena kondisi ekonomi yang sulit di masa kecil, dia pernah bercita-cita hanya ingin menjadi seorang sopir. Namun, siapa yang menyangka, Pak In-sapaan akrab Indartarto, kini sebentar lagi bakal menyopiri Kabupaten Pacitan periode 2011-2016 mendatang.
Ditemui di rumahnya di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Bangunsari, Kecamatan/Kabupaten Pacitan, kemarin, Indartarto menceritakan perjalanan hidupnya sejak dari nol.
Semasa kecil, hidup Indartarto serba kekurangan. Orangtuanya yakni Sudarmanto dan Kasiyati bukan tergolong orang yang berkecukupan. Ayahnya yang bekerja sebagai pamong praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan kala itu selalu tidak memiliki uang yang cukup untuk hidup enak. Bahkan, setiap hari Indartarto yang semasa kecil tinggal di Desa/Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, ini terpaksa harus makan tiwul lantaran keluarganya tidak sanggup membeli beras.
“Hidup saya semasa kecil memang serba sulit,” ujar Indartarto yang terakhir menjabat Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Pacitan.
Namun, kondisi ekonomi yang serba terbatas tidak membuat Indartarto kecil berhenti bermimpi. Dia terus tekun belajar ketika duduk di bangku SD Negeri Tulakan Pacitan. Dia kemudian melanjutkan belajar di SMP Lorok Pacitan dan SMA Negeri Pacitan. Ketika duduk di bangku SMA, Indartarto memilih belajar sambil bekerja untuk membantu ekonomi orangtuanya.
Ketika itu, Indartarto remaja menjadi kenek mobil pikap yang mengangkut sayuran dan barang dagangan. Setiap hari, usai pulang sekolah, dia tidak bermain seperti teman-teman sekolah lainnya melainkan langsung mengganti baju dan siap bekerja menjadi kenek.
Setiap hari bergumul dengan sopir dan kenek membuatnya mengenal banyak kehidupan mereka. Saat itu, dia memperhatikan sopir pikap atau truk itu selalu bisa makan dan minum enak di salah satu warung langganan. Dia juga sering diajak ke warung itu jika kebetulan sedang mengantar barang. “Dari situ, saya kala itu bercita-cita ingin menjadi seorang sopir. Dalam pandangan saya, menjadi sopir itu hidupnya enak karena bisa makan dan minum enak di warung,” tutur Indartarto sambil mengenang masa remajanya.
Keinginan untuk menjadi seorang sopir terus ada dalam benak Indartarto. Setelah lulus dari bangku SMA, dia mengurus pembuatan SIM di Polres Pacitan. Lalu, berkat bantuan ayahnya yang menjadi abdi di lingkungan Pemkab Pacitan, Indartarto bisa menjadi sopir pribadi Bupati Pacitan, Kusnan. Dia mulai menjadi sopir pribadi bupati pada 1975.
Saat itu, status Indartarto di Pemkab Pacitan adalah sebagai tenaga honorer. Namun, berkat pengabdiannya, pada tahun 1976 dia disekolahkan ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Malang. Dia lulus dari APDN tahun 1978. Setelah lulus dari sekolah calon pegawai itu, pada tahun yang sama dia diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Pacitan.
Karier pertamanya yang terlihat menanjak adalah sebagai Camat Pringkuku pada 1984. Saat itu, usianya baru 34 tahun dan tercatat sebagai camat termuda di Pemkab Pacitan. Setelah itu, dia sering berpindah menduduki berbagai jabatan di lingkungan Pemkab Pacitan. Terakhir, Indartarto menjabat sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Pacitan dan pensiun pada 2010.
Kehidupan masa kecil yang serba sulit itu membuat Indartarto terbiasa hidup sederhana dan bersahaja. Meski terakhir menjabat sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Pacitan, kehidupan ekonomi keluarga Indartarto terlihat sederhana. Rumahnya yang berada di dekat jalan raya arah Pantai Teleng Ria, Pacitan, itu tidak terlihat megah layaknya rumah pejabat lainnya.
Pria kelahiran Ponorogo, 27 September 1954 ini semula juga tidak ada keinginan pribadi untuk mencalonkan bupati Pacitan periode 2011-2016. Hatinya mulai tergerak ketika sebagian masyarakat Pacitan memintanya untuk mencalonkan diri. “Awalnya, saya tidak pernah berpikir mencalonkan diri sebagai bupati Pacitan,” ujar suami Lukiti Tri Baskorowati ini yang kini dikaruniai tiga anak ini.
Kemudian, hatinya mulai mantap ketika sebagian masyarakat Pacitan menyatakan dukungan dengan mengumpulkan 12 ribu fotokopi dukungan kepada dirinya. Keyakinannya semakin bertambah ketika Partai Demokrat bersama PKS, PPP, dan Partai Hanura mengusung pencalonannya bersama Prayitno sebagai wakil bupati dalam Pilbup Pacitan 2010. “Jadi, saya maju dan terpilih ini karena kehendak rakyat,” tuturnya.
Tinggal selangkah lagi, Indartarto bakal melenggang memimpin kota 1001 gua itu dalam lima tahun ke depan. Ada banyak hal yang akan dia benahi untuk memajukan daerah kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut. Namun, semuanya akan dimulai dari hal yang sederhana. “Pertama, saya akan menyolidkan jajaran birokrasi Pemkab Pacitan. Kalau birokrasinya baik, maka pelayanan kepada masyarakat juga akan baik,” ujar Indartarto.
Namun, cita-citanya sewaktu kecil yang ingin menjadi sopir ternyata masih terus menginspirasinya. Hanya bedanya, dia kini mengaku menjadi sopir untuk menjalankan roda Pemerintahan Kabupaten Pacitan dalam lima tahun ke depan.
"Menjadi seorang sopir itu harus membuat penumpangnya merasa aman dan nyaman saat perjalanan. Itu pula yang akan saya terapkan selama memimpin Kabupaten Pacitan lima tahun ke depan,” ujar Indartarto.
Perjalanan hidup Indartarto yang bak roller coaster menjadikannya kaya akan pengalaman dan pelajaran hidup. Meski menjadi orang nomor satu di kabupaten paling ujung barat Jawa Timur itu, namun Indartarto tetap bersahaja dan sederhana. Dia juga masih tetap ramah dan dekat dengan rakyat jelata. (Okezone.com)