wandinews.com - Jika ingin menurunkan berat badan lakukanlah secara bertahap, karena penurunan berat badan secara drastis bisa berbahaya bagi tubuh. Apa risiko berat badan yang turun drastis?
Timbunan lemak di dalam tubuh banyak mengandung bahan kimia dan polutan. Nah, ketika lemak tubuh dipecah selama penurunan berat badan, maka zat bahaya ini bisa dilepaskan ke aliran darah dan menyebabkan penyakit.
Penelitian yang dilakukan Dr Duk-Hee Lee, profesor dari Kyungpook National University di Daegu, Korea Selatan menyimpulkan bahwa orang yang telah kehilangan berat badannya memiliki jumlah polutan yang tinggi dalam aliran darahnya, sementara orang yang bertambah berat badannya memiliki konsentrasi polutan yang lebih rendah.
"Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa penurunan berat badan bisa sangat membantu, tapi ada juga hal negatifnya seperti melepaskan zat pencemar (polutan) ke dalam aliran darah," ujar Dr Lee, seperti dikutip dari AOLHealth, Selasa (25/1/2011).
Dr Lee menuturkan beberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner dan rheumatoid artrithis telah dikaitkan dengan polutan organik.
"Polutan yang umum ada pada lemak termasuk polutan berbasis petroleum, pestisida, PCBs (Polychlorinated biphenyls), bahan kimia dari plastik, pelarut industri dan logam berat merkuri," ujar Dr Myron Wentz, pendiri USANA Health Sciences di Salt Lake City.
Polutan ini bisa berada di mana saja seperti di rumah, lingkungan kerja, air, udara dan produk serta makanan yang dikonsumsi setiap hari.
Untuk mengurangi paparan tersebut adalah dengan mengurangi produk olahan, konsumsi buah-buahan dan sayuran, serta minum air putih untuk membantu mengeluarkan racun dari peredaran darah.
Selain itu jika ingin menurunkan berat badan lakukanlah secara bertahap, penurunan berat badan yang ideal adalah 0,5-1 kilogram dalam satu minggu dan sebaiknya tidak dilakukan secara ekstrem untuk menghindari bahaya penyakit. (detikHealth)
Timbunan lemak di dalam tubuh banyak mengandung bahan kimia dan polutan. Nah, ketika lemak tubuh dipecah selama penurunan berat badan, maka zat bahaya ini bisa dilepaskan ke aliran darah dan menyebabkan penyakit.
Penelitian yang dilakukan Dr Duk-Hee Lee, profesor dari Kyungpook National University di Daegu, Korea Selatan menyimpulkan bahwa orang yang telah kehilangan berat badannya memiliki jumlah polutan yang tinggi dalam aliran darahnya, sementara orang yang bertambah berat badannya memiliki konsentrasi polutan yang lebih rendah.
"Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa penurunan berat badan bisa sangat membantu, tapi ada juga hal negatifnya seperti melepaskan zat pencemar (polutan) ke dalam aliran darah," ujar Dr Lee, seperti dikutip dari AOLHealth, Selasa (25/1/2011).
Dr Lee menuturkan beberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner dan rheumatoid artrithis telah dikaitkan dengan polutan organik.
"Polutan yang umum ada pada lemak termasuk polutan berbasis petroleum, pestisida, PCBs (Polychlorinated biphenyls), bahan kimia dari plastik, pelarut industri dan logam berat merkuri," ujar Dr Myron Wentz, pendiri USANA Health Sciences di Salt Lake City.
Polutan ini bisa berada di mana saja seperti di rumah, lingkungan kerja, air, udara dan produk serta makanan yang dikonsumsi setiap hari.
Untuk mengurangi paparan tersebut adalah dengan mengurangi produk olahan, konsumsi buah-buahan dan sayuran, serta minum air putih untuk membantu mengeluarkan racun dari peredaran darah.
Selain itu jika ingin menurunkan berat badan lakukanlah secara bertahap, penurunan berat badan yang ideal adalah 0,5-1 kilogram dalam satu minggu dan sebaiknya tidak dilakukan secara ekstrem untuk menghindari bahaya penyakit. (detikHealth)