wandinews.com - Hubungan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Amerika Serikat terancam mengalami iritasi serius terkait Government to Government (G2G). Hal ini terkait dengan bocornya rangkaian cerita dari dokumen diplomatik AS dan Indonesia lewat WikiLeaks.
Demikian dikatakan oleh Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi kepada Republika, Rabu (1/12). Ia kemudian menjelaskan, bahwa akan ada dua level dampak yang sangat mungkin terjadi jika WikiLeaks membocorkan aksi intelejen yang melibatkan pemerintah AS dan Indonesia.
"Pertama, pada level pemerintah dan elite politik," katanya. Sebab, tambah dia, bagaimanapun pemerintah dan parpol itu tidak tunggal. "Saya sendiri tidak bisa berandai-andai, namun kalau ada informasi yang dilempar oleh WikiLeaks terkait dukungan pemerintah AS pada parpol tentu akan menimbulkan efek keributan antara parpol," kata dia.
Level kedua, dampaknya pada tingkat publik. Menurut dia, jika informasi yang dibocorkan sangat krusial, maka sudah pasti akan menambah sentimen masyarakat pada AS. Ia kemudian menambahkan, "Setahu saya, ketika data-data itu dibocorkan, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton dan Presiden Obama rajin menelepon sahabat-sahabatnya dari negara lain." Kata dia, pemerintah AS sadar betul bahwa itu akan mengganggu hubungan diplomatik AS dan negara-negara sahabatnya. [republika/ris]
Demikian dikatakan oleh Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi kepada Republika, Rabu (1/12). Ia kemudian menjelaskan, bahwa akan ada dua level dampak yang sangat mungkin terjadi jika WikiLeaks membocorkan aksi intelejen yang melibatkan pemerintah AS dan Indonesia.
"Pertama, pada level pemerintah dan elite politik," katanya. Sebab, tambah dia, bagaimanapun pemerintah dan parpol itu tidak tunggal. "Saya sendiri tidak bisa berandai-andai, namun kalau ada informasi yang dilempar oleh WikiLeaks terkait dukungan pemerintah AS pada parpol tentu akan menimbulkan efek keributan antara parpol," kata dia.
Level kedua, dampaknya pada tingkat publik. Menurut dia, jika informasi yang dibocorkan sangat krusial, maka sudah pasti akan menambah sentimen masyarakat pada AS. Ia kemudian menambahkan, "Setahu saya, ketika data-data itu dibocorkan, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton dan Presiden Obama rajin menelepon sahabat-sahabatnya dari negara lain." Kata dia, pemerintah AS sadar betul bahwa itu akan mengganggu hubungan diplomatik AS dan negara-negara sahabatnya. [republika/ris]