wandinews.com - Studi baru University of Edinburgh menunjukkan partikel kecil (nanopartikel) pada komputer dan sampo berpotensi berbahaya bagi paru-paru.
Peneliti menunjukkan industri manufaktur pengguna nanopartikel harus menyadari risiko berbagai jenis nanopartikel. Nanopartikel (10 ribu kali lebih kecil dari lebar rambut manusia) berpotensi membahayakan pekerja pembuat produk berbahan kimia dan mereka berisiko menghirupnya.
Partikel yang awalnya tak diperkirakan berisiko besar ini sangat berbahaya jika dipadukan dengan barang-barang konsumsi masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan empat jenis nanopartikel menyebabkan cedera paru-paru pada tikus dengan pola berbeda, dan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Parahnya, nanopartikel cenderung memicu reaksi asma yang dapat memperburuk cedera pada paru-paru. Penelitian ini menyorot kebutuhan model hewan sampai terdapat uji berbasis sel guna memprediksi efek nanopartikel, karena penggunaan kultur sel saja tak akan mampu memprediksi tingkat penyakit yang disebabkan nanopartikel.
”Nanopartikel menjadi lebih penting dalam industri dan jumlah penggunaannya terus meningkat. Studi ini menunjukkan berbagai jenis nanopartikel dapat menyebabkan penyakit berbeda,” kata Profesor Respiratory Toxicology University of Edinburgh Ken Donaldson.
”Oleh karena itu, masing-masing jenis nanopartikel perlu ditangani dengan tepat untuk meminimalisir risikonya. Hal ini akan menjamin kesehatan yang lebih baik dan keselamatan bagi mereka yang bekerja menggunakan materi-materi baru,” tambahnya. (inilahCom)
Peneliti menunjukkan industri manufaktur pengguna nanopartikel harus menyadari risiko berbagai jenis nanopartikel. Nanopartikel (10 ribu kali lebih kecil dari lebar rambut manusia) berpotensi membahayakan pekerja pembuat produk berbahan kimia dan mereka berisiko menghirupnya.
Partikel yang awalnya tak diperkirakan berisiko besar ini sangat berbahaya jika dipadukan dengan barang-barang konsumsi masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan empat jenis nanopartikel menyebabkan cedera paru-paru pada tikus dengan pola berbeda, dan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Parahnya, nanopartikel cenderung memicu reaksi asma yang dapat memperburuk cedera pada paru-paru. Penelitian ini menyorot kebutuhan model hewan sampai terdapat uji berbasis sel guna memprediksi efek nanopartikel, karena penggunaan kultur sel saja tak akan mampu memprediksi tingkat penyakit yang disebabkan nanopartikel.
”Nanopartikel menjadi lebih penting dalam industri dan jumlah penggunaannya terus meningkat. Studi ini menunjukkan berbagai jenis nanopartikel dapat menyebabkan penyakit berbeda,” kata Profesor Respiratory Toxicology University of Edinburgh Ken Donaldson.
”Oleh karena itu, masing-masing jenis nanopartikel perlu ditangani dengan tepat untuk meminimalisir risikonya. Hal ini akan menjamin kesehatan yang lebih baik dan keselamatan bagi mereka yang bekerja menggunakan materi-materi baru,” tambahnya. (inilahCom)