Disaksikan pejabat-pejabat Sumut, pembunuh 42 wanita Ahmad Suradji sudah dieksekusi pada malam hari di kawasan kebun.
Ahmad Suradji atau yang lebih dikenal sebagai Dukun A.S alias Datuk alias Nasib Kelewang dipidana mati oleh Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, Sumut, pada 1998. Dia membunuh 42 perempuan di ladang tebu PT Perkebunan Nusantara II, Desa Aman Damai, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, antara tahun 1984 dan 1997. Pembunuhan itu dilakukannya sebagai syarat menuntut ilmu hitam.Banyak koran terbitan Medan dan Jakarta maupun televisi nasional yang memberitakan eksekusi terhadap Ahmad Suradji pada 10 Juli 2008 lalu. Salah satu media yang menulisnya dengan informasi cukup lengkap adalah harian Sumut Pos, seperti dikutip Blog Berita di bawah ini.
Ujung laras senjata tim eksekutor rupanya tidak jauh dari tubuh Ahmad Suraji alias Dukun AS, ketika ditembak di pinggir rawa-rawa, Kamis (10/7) malam. Sejumlah jejak di lokasi, menguatkan Dukun AS ditembak dari jarak kira-kira tiga meter dari tempat tim eksekuyor berdiri. Empat selongsong dan satu proyektil juga ditemukan di lokasi. Pengamatan wartawan koran ini di lokasi, sejumlah jejak telapak sepatu PDL, tampak jelas. Kondisi tanah lembab dan sebagian basah karena gerimis, Jumat dinihari di kebun PT Medan Star, Desa Tanah Abang, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Jejak sepatu itu berbaris sejajar di atas tanah sekira 5×5 meter. Tampak bekas jejak sepatu sudah dibersihkan.
Dari pengamatan koran ini, Dukun AS disandarkan ke pohon sawit di dataran rendah dekat dengan rawa-rawa. Jarak antara posisi berdiri eksekutor ke titik pangkal pohon sawit, sekira 4 meter. Keseluruhan dataran rendah pinggir rawa itu, tidak lebih dari 75 meter persegi. Ada tiga bekas lubang saling berdekatan di pohon sawit itu. Tingginya dari atas tanah sekira 150 centimeter. Dari bekas lubang itu, wartawan koran ini menemukan proyektil peluru tajam kaliber 5,56 milimeter yang diperkirakan dimuntahkan dari Senapan Serbu generasi kedua atau SS-2 buatan PT Pindad. Sedangkan empat selongsong ditemukan di posisi berdiri jejak sepatu PDL itu.
Jika ditarik garis dan arah sesuai petunjuk jarum kompas, posisi regu tembak dari Timur Laut sedang Dukun AS (sasaran tembak) berposisi di Barat Daya. Di belakang Dukun AS, adalah permukaan tanah miring. Sehingga, dari sudut regu tembak, walaupun tembakan meleset, pelurunya tidak nyasar melainkan menancap ke tanah.
Barang sisa lainnya di lokasi eksekusi juga memberi petunjuk, seperti tali, kawat dan stiker dua sisi (hitam dan putih) yang berlubang hingga koyak tertembus peluru. Namun, lubang di stiker berbentuk lingkaran itu tidak persis di tengah. Stiker itu merupakan penunjuk fokus tembakan yang ditempelkan di tubuh Dukun AS. Di stiker itu masih ditemukan bercak darah. Lokasi eksekusi ini bercak darah tampak jelas di pohon sawit. Bahkan, sebagian darah itu mengalir ke permukaan tanah mengikuti batang sawit, menyerupai tirisan getah latex. Semut merah sudah datang mengeburungi, dan belum tercium bau amis.
Wartawan media cetak dan elektronik hilir mudik memasuki daerah perkebunan itu kemarin. Hingga warga setempat merasa heran dan bertanya-tanya. Rupanya, lokasi eksekusi itu belum begitu jelas diketahui warga setempat. Demikian juga suara letusan Kamis malam dari pinggir rawa di kebun karet.
Jarak titik eksekusi ke rumah paling pinggir Dusun VI, Desa Jaharun B, kurang lebih 500 meter jika ditarik garis lurus. Yang memisahkan adalah rawa-rawa, sawah dan sungai kecil sebagai batas desa. Tidak ada rerimbunan pohon sebagai penghalang resonansi suara.
Lima orang warga Dusun VI yang ditanyai terpisah, tidak mengetahui di dekat rumahnya ada eksekusi Dukun AS. Setahu mereka, tim gabungan anggota Brimob Poldasu sedang mengejar penjahat kelas ulung. “Jalan diblokir malam itu. Kami tidak bisa masuk dari Jalan Pandu ke Dusun VI ini, terpaksa kami mutar,” ujar seorang warga. Mereka tidak bersedia dikutip namanya. “Payah kami nanti,” ujarnya polos.
Pria berusia 30-an tahun melanjutkan, ketika ditanya kepada anggota Brimob yang memblokir jalan ,”Katanya mereka sedang mengejar penjahat kelas kakap. Diperkirakan lari ke Kebun Medan Star itu, jadi dikepung,” lanjutnya.
Warga lainnya, mengaku ada mendengar letusan satu kali, ada mengaku dengar dua kali. “Kami dengar letusan. Tapi ya biasa aja karena sering dengar suara tembakan latihan,” kata warga. Suara tembakan latihan dimaksud adalah ketika Batalyon Asam Kumbang berlatih yang tidak jauh dari pemukiman. Yang dikhawatirkan masyarakat justru yang berbau mistis setelah mereka tahu Dukun AS dieksekusi dekat rumahnya.
“Aduhh…, jadi takut. Mungkin hantunya di sini,” kata warga lainnya bertingkah merinding. Mereka bilang semakin takut keluar malam.
Hati-hati dan selalu memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Prinsip inilah yang mengilhami tim eksekutor dalam menjalankan tugasnya untuk mengeksekusi terpidana mati Ahmad Suradji alias Dukun AS. “Kami tidak mau takabur dan gegabah dalam proses eksekusi ini, segala kemukinan kecil yang terjadi kami antisipasi,” kata Tengku Suhaimi Idris SH, Koordinator Tim Eksekusi Dukun AS saat ditemui di ruang kerjanya di Kantor Kejatisu Jalan AH Nasution. Salah satu antisipasi yang dilakukan Suhaimi adalah kemungkinan Dukun AS masih memiliki kekebalan tubuh. Pasalnya semua orang tahu bahwa Dukun AS adalah “orang hebat”.
Kemudian Suhami yang kini menjabat sebagai Asisten Pidana Umum (Aspidum) Kejatisu ini memerintahkan Kasi Pidum Kejari Lubuk Pakam Martinus SH untuk mencari penasehat spritual. Satu hari sebelum proses eksekusi Martinus bertemu dengan Drs H Ali Nafiah Nasution dari Yayasan Majelis Taklim Al Madani di LP Wanita Tanjung Gusta. Pertemuan itu bermaksud meminta tolong kepada Ali Nafiah untuk membuang semua ilmu yang dimiliki Dukun AS agar proses eksekusi nantinya berjalan dengan baik dan lancar.
“Bukan Pak Suhaimi takut, tapi beliau sangat berhati-hati dan mempertimbangkan hal sekecil apa pun yang akan terjadi,” kata Martinus. Kemudian dari pertemuan itu, Ali Nafiah yang masih kakak seperguruan Dukun AS langsung membuang semua ilmu yang dimiliki Dukun AS.
Buktinya, saat pelaksanaan eksekusi, Martinus yang juga hadir dalam proses eksekusi menyaksikan bahwa penembakan Dukun AS berjalan lancar. Dengan waktu lebih kurang tiga menit setelah penembakan, Dukun AS meninggal dunia. Proses eksekusi itu juga disaksikan Kajatisu Gortap Marbun, Wakajatisu Dimas Sukadis MM, Kapolres Deli Serdang, Kajari Lubuk Pakam, Direktur Reskrim Poldasu, Komandan Brimob, dan jajaran pengamanan lainnya. [Sumut Pos/jab/dra/btr]