Selasa, 02 November 2010

ANAK KRAKATAU KEMBALI BANGUN !





detik..com - Gunung anak Krakatau sedang dalam masa membangun. Status waspada telah disematkan sejak 31 Oktober 2009. Pada empat hari terakhir ini, jumlah letusannya di atas 100 kali.

"31 Oktober menjadi waspada setelah sebelumnya siaga. Lalu jumlah letusannya menurun. Tapi 10 Oktober 2010 kembali lagi ada letusannya," ujar Kepala Pengamatan Gunung Api daerah Barat Hendrasto saat dihubungi detikcom, Jumat (29/10/2010).


Pada 17 Oktober, dalam sehari ada 45 kali letusan. Lalu selama beberapa hari letusan itu menghilang. Hingga pada 23 Oktober muncul dua kali letusan dan pada 34 Oktober ada 89 kali.

"Pada tanggal 25 ada 126, tanggal 26 ada 182, tanggal 27 ada 101, dan 28 kemarin ada 117 letusan," papar Hendrasto.

Saat masih berstatus siaga, letusan anak gunung ini hampir mencapai 300 kali dalam sehari. Kini, tinggi asapnya antara 200 meter sampai 1.500 meter.

"Pada umumnya 200-800 meter. Kemarin, tanggal 28 ada beberapakali yang tingginya 1.500 meter," sambung Hendrasto.

Dia menjelaskan, pada sekitar tahun 80-90an terdapat lelehan lava di anak gunung itu. Namun sejak tahun 2000 aliran lava tidak lagi muncul. Karakter anak gunung ini memang memiliki ketinggian asap maksimum 1.500 meter. Asap berwarna kelabu kehitaman yang menandakan terdapat material abu di dalamnya.

Anak gunung ini tipe erupsinya cenderung strombolian mengarah ke vulkanian. Saat menjadi vulkanian, ketinggian gumpalan asap maksimal sampai dengan 3.000 meter. Ibu dari anak Karakatau ini, menurut Hendrasto, bertipe erupsi plinian di mana ketinggian lontaran material bisa sampai 20 km sehingga abunya ke mana-mana. Tipe ini biasanya ditandai dengan ledakan lava kental.

Tipe lava anak gunung Karakatau adalah basaltik andesit yang jauh lebih cair ketimbang lava ibunya. Kalau tipe lava sudah lebih asam lagi maka itu menunjukkan ke letusan yang lebih besar.

"Tapi selama ini nggak melihat ke situ. Jadi magma sepertinya nggak mungkin meledak seperti dulu (tahun 1883 saat Krakatau meletus hebat)," jelas Hendrasto.
◄ Newer Post Older Post ►