Warga Lereng Merapi percaya akan selamat dari amuk gunung teraktif di Indonesia itu bila tak melanggar dua pantangan. Yaitu membunyikan kenthongan dan mengucapkan kata mbledhos.
Dua hal di atas telah merasuk ke alam bawah sadar para penghuni Lereng Gunung Merapi sehingga menjadi semacam konvensi tak tertulis. Diyakini bila pantangan tersebut dilanggar, maka desa atau tempat tinggal yang bersangkutan akan diluluhlantakkan wedhus gembel atau lahar Merapi.
“Kalau membunyikan kenthongan atau mengucapkan kata mbledhos maka wedhus gembel akan mengejar,” ujar Sulastri, salah seorang warga Desa Selo, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (1/11/2010).
Sebagai ganti bunyi kenthongan, warga setempat menggunakan obor sebagai tanda peringatan turunnya wedhus gembel atau lahar Merapi. “Kalau ngasih tahu cukup dengan menyalakan obor saja, semua orang sudah tahu,” tukasnya.
Warga Desa Selo percaya tak akan menjadi korban keganasan Merapi karena ada Gunung Bibi di wilayahnya, yang dipercaya sebagai ibu Gunung Merapi. Selama pantangan tak dilanggar, maka Merapi tak akan mengamuk di wilayah Kecamatan Selo.
Sementara itu, Posko Pengungsian di Lapangan Desa Selo tampak sepi. Sembilan tenda yang terpasang terlihat kosong melompong. Aktivitas di posko pengungsian malah diramaikan para pengunjung dari luar kota, baik para relawan maupun wisatawan yang ingin melihat situasi Merapi.
Mobil-mobil berplat B, L, dan F tampak memenuhi tempat parkir di posko pengungsian. Sejumlah pendatang juga tampak sibuk berfoto ria dengan background Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. (okezone.com)
Dua hal di atas telah merasuk ke alam bawah sadar para penghuni Lereng Gunung Merapi sehingga menjadi semacam konvensi tak tertulis. Diyakini bila pantangan tersebut dilanggar, maka desa atau tempat tinggal yang bersangkutan akan diluluhlantakkan wedhus gembel atau lahar Merapi.
“Kalau membunyikan kenthongan atau mengucapkan kata mbledhos maka wedhus gembel akan mengejar,” ujar Sulastri, salah seorang warga Desa Selo, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (1/11/2010).
Sebagai ganti bunyi kenthongan, warga setempat menggunakan obor sebagai tanda peringatan turunnya wedhus gembel atau lahar Merapi. “Kalau ngasih tahu cukup dengan menyalakan obor saja, semua orang sudah tahu,” tukasnya.
Warga Desa Selo percaya tak akan menjadi korban keganasan Merapi karena ada Gunung Bibi di wilayahnya, yang dipercaya sebagai ibu Gunung Merapi. Selama pantangan tak dilanggar, maka Merapi tak akan mengamuk di wilayah Kecamatan Selo.
Sementara itu, Posko Pengungsian di Lapangan Desa Selo tampak sepi. Sembilan tenda yang terpasang terlihat kosong melompong. Aktivitas di posko pengungsian malah diramaikan para pengunjung dari luar kota, baik para relawan maupun wisatawan yang ingin melihat situasi Merapi.
Mobil-mobil berplat B, L, dan F tampak memenuhi tempat parkir di posko pengungsian. Sejumlah pendatang juga tampak sibuk berfoto ria dengan background Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. (okezone.com)