Sabtu, 16 Maret 2013

Ciri-Ciri Dari Perilaku Manajer Yang Tidak Kompeten

Tulisan berikut ini hendak menguraikan sejumlah ciri dari perilaku manajer atau atasan yang otoriter dan bermental menjatuhkan bawahan. Atasan semacam ini sungguh tak layak diberi respek. Sebaliknya, mereka mesti segera dieliminasi. Sebab jika tidak, ia akan memberikan dampak yang amat buruk bagi kinerja karyawan secara keseluruhan.


Berikut adalah ciri-ciri manajer yang tidak kompeten, dan cenderung beperilaku buruk atau bahkan sadis kepada para bawahannya.





• Serangan verbal di depan umum
Bawahannya melukiskan, bagaimana manajer mereka cara terus-menerus melakukan teriakan amukan di tempat-tempat umum, dengan maki-makian sebagai senjata utamanya. Kata seorang pekerja: “Karena suatu kesalahan kecil, saya disikat habis-habisan di hadapan 10 rekan saya serta sejumlah tamu. Saya dicaci-maki sebagai orang tolol dan tidak kompeten. Saya diancam akan dipecat dan dikutuk habis-habisan.” Kata seorang pekerja lain lagi; “Saya dipanggil dalam kantor manajer dan dengan pintu terbuka, sehingga semua pembicaraan kami dapat didengar dari luar, saya dimaki-maki sebagai tidak kompeten, seorang goblok.”

• Pemalsuan catatan
Para pekerja juga memberikan indikasi, bahwa manajer-manajer sadis tidak merasa segan-segan atau menyesal untuk merobah catatan-catatan dan memanipulasikan kegiatan-kegiatan lampau untuk mengubah lingkungan kerja sesuai kepentingan mereka. Mereka sering menyangkal telah memberi perintah-perintah langsung kepada bawahan. Dengan demikian menghindari rasa tanggung jawab terhadap hasil-hasil yang negatif. Sambil memanipulasi fakta-fakta, peristiwa, mereka mengaku, bahwa merekalah yang berjasa dan bukan kelompok kerja. Senjata utama mereka adalah sindiran, desas-desus dan menjelekkan orang lain.

• Tindakan pembalasan
Para pekerja menekankan, bahwa mereka bersikap hati-hati apabila manajer mereka meminta umpan balik. Soalnya respons-respons yang tulus sering disusul dengan tindakan-tindakan pembalasan. Seorang pekerja melaporkan, bahwa ia ikut serta dalam suatu training, dimana manajer mereka mendorong para peserta agar secara jujur bersama-sama merasakan masalah dan keprihatinan. Pekerja ini kemudian mengemukakan pandangan-pandangannya, berusaha mengajukan usul-usul yang konkrit yang dapat meningkatkan fungsi kelompok.

Dua minggu kemudian, selama penilaian prestasinya yang ditangani oleh manajer tersebut sendiri — meskipun dalam hal seperti ini, biasanya dilakukan oleh supervisor — pekerja tersebut mengetahui angka-angka-nya sangat kurang. Ketika ia menanyakan mengapa prestasinya berubah bila dibandingkan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya, ia diberitahukan, bahwa tidak ada perubahan; prestasinya selama tahun-tahun itu sama kurang baiknya.
Sebagai bukti ia diperlihatkan catatan hasil prestasinya dari dua tahun terakhir. Kata pekerja tersebut: “Angka-angka saya dirubah dan saya mempunyai catatan asli untuk membuktikannya. Tetapi apalah faedahnya, kalau saya ngotot? Manajer saya akan mengarang alasan palsu untuk memecat saya. Mungkin kata orang, tidak ada hubungan langsung antara keterbukaan saya selama training dan hasil prestasi saya yang kurang baik, namun saya yakin kebenaran saya.”
Setelah berada selama beberapa waktu di bawah pimpinan seorang manajer sadis — meskipun waktu itu singkat — seorang pekerja menyadari, bahwa semua umpan balik kecuali yang bersifat menjilat, responsnya akan merupakan tindakan balas dendam. Kata mereka, tindakan balas dendam seperti itu se-lalu ada, disengaja dan direncanakan terlebih dahulu.
• Kritik tajam dan berlebih-lebihan
Tema sadisme yang juga selalu muncul adalah mengenai ketajaman dan bentuk kritik yang disampaikan oleh manajer sadis. Para pekerja menyebut manajer seperti itu “tukang ngoceh abadi”. Manajer seperti itu secara konsisten mengadakan kritik, tidak perduli apakah perlu di-ambil tindakan tegas atau tidak terhadap bawahan.

Tujuannya adalah untuk membeberkan kelemahan dan kesalahan; bukan untuk memperbaikinya. Kritik sering ditancarkan terhadap soal-soal kecil dan tidak berarti dan ditujukan ke¬pada pribadi pekerja dan bukan terhadap pekerjaan. Para pekerja tidak pernah dapat pengakuan positif.
• Standar-standar yang tidak jelas
Kemungkinan terjadinya kritik bertubi-tubi diperkuat oleh ke cenderungan manajer sadis untuk tidak mengkomunikasikan standar-standar. Demikian pula kegemarannya terhadap agenda- agenda dan motif-motif yang tidak jelas. Semua faktor ini menghalangi para pekerja untuk cukup mengetahui apa yang dikehendaki oleh manajer tersebut, sehingga dapat merubah sikap mereka demi tercapainya tujuan-tujuan yang ada.

• Penyalahgunaan kekuasaan untuk menundukkan bawahan
Menurut para pekerja, manajer sadis sama sekali tidak mentolerir perbedaan faham, pikiran independen serta menuntut kepatuhan dan orang harus selalu setuju dengan pandangannya. Taktik-taktik yang digunakan adalah mengacau atau memberhentikan orang; memblokir usaha-usaha untuk pindah ke pekerjaan lain dan menahan hak hak istimewa yang diberikan secara normal kepada pekerja oleh perusahaan, menerapkan sanksi-sanksi berat dan memecat seenaknya para pekerja.

l• Membuat dan melaksanakan peraturan-peraturan
Pendekatan manajer sadis terhadap peraturan adalah menyesuaikannya dengan keadaan yang berlaku. Mereka jalankan policies serta prosedur-prosedur perusahaan yang sesuai dengan tujuan pribadi mereka. Kalau terjadi hal yang sebaliknya, manajer sadis mengabaikan policy atau prosedur. Manajer sadis terutama mempersingkat jam istirahat atau justru memperpanjang jam-jam kerja, tanpa memberi uang lembur.

• Mementingkan diri secara berlebih-lebihan
Para pekerja menunjukkan, bahwa manajer sadis sang atau mementingkan diri; tanpa memperdulikan dampaknya terhadap karyawan atau proyek. Manajer sadis tidak menunjukkan loyalitas terhadap bawahan dan sulit dipegang kata-katanya. sadis-sadis itu menjilat, memberi imbalan kepada kawan-kawan dan melaksanakan tugas-tugas yang bersifat pribadi (bukan demi kepentingan perusahaan) untuk segelintir orang terpilih.

• Kelakuan tidak tegas dan irasional
Para pekerja mengatakan, bahwa meskipun para manajer sadis suka menyinggung masalah moral, namun tingkah laku mereka tetap sulit diramalkan serta tidak rasional. Beberapa pekerja juga menjelaskan, bahwa manajer-manajer mereka memperlihatkan gaya tingkah-laku dan “mood” yang berbeda-beda; dan yang lembut sampai yang sangat brutal.

• Mengembangkan hubungan aman dengan manajemen tingkat lebih tinggi
Pertanyaan yang diajukan kepada para pekerja adalah “Bagaimana bisa seorang manajer sadis mempertahankan kedudukannya dalam suatu organisasi, jika dampaknya sangat negatif bagi produktivitas?”
Jawabannya adalah: “Dengan bersikap menyenangkan bagi orang-orang yang berada di luar unit kerja. Dan dengan cara mengkambinghitamkan orang-orang tertentu dalam unit, bila terjadi kegagalan serta menghukum orang-orang di depan umum. Para manajer sadis mengembangkan hubungan akrab dengan mereka yang memegang kekuasaan lebih tinggi. Dalam satu kasus, manajer sadis itu adalah penasehat chief executive officer dari bagian operasional. Dalam kasus-kasus lain, manajer sadis adalah teman kelas lama atau partner main golf dari CEO. Manajer-manajer dalam posisi demikian gampang sekali menjelaskan masalah-masalah seperti menurunnya moral atau produktivitas yang rendah.(source:rajapresentasi)
◄ Newer Post Older Post ►