Jumat, 24 Februari 2012

Energi listrik dari sedimen tambak

Energi listrik dari sedimen tambak

TUESDAY, FEBRUARY 14, 2012

Penggunaan mikroba dalam fuel cell menggantikan fungsi dari enzim untuk mendegradasi bahan organik yang terdapat pada sedimen sehingga menghasilkan arus listrik. 
energi listrik dari sedimen tambakTidak hanya serbuk karbon di baterai yang dapat menyimpan dan menyalurkan energi listrik tapi ternyata sedimen di tambak bisa memiliki fungsi yang sama. Fakta itu terungkap dari hasil pengkajian Bambang Riyanto, dosen dari Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Institut Pertanian Bogor bersama 2 mahasiswanya.
Dari hasil pengkajian di tambak udang tradisional Desa Jayamukti Blanakan Subang Jawa Barat, menunjukkan bahwa sedimen dasar tambak mampu menghasilkan arus listrik yang mencapai puncak di ~161,99 mA per m2 luas tambak dan tegangan listrik sebesar ~0,39 Volt. Puncak energi listrik itu terjadi pada hari ke – 24 dari pengkajian selama 40 hari.
Sedimen yang mengandung energi listrik sebesar itu memiliki karakteristik berupa tanah liat dengan kandungan bahan organik karbon (C) 1,45±0,44%, Nitrogen (N) 0,11±0,03%, rasio C/N 13 dan Fosfor (P) 59 ppm. Namun, setelah 40 hari kandungan bahan organik pada sedimen mengalami penurunan yaitu karbon 1,29±0,34 %, Nitrogen 0,10±0,02 %, sehingga ratio C/N sebesar 12 dan kandungan P yang tersedia 40±4,08ppm.
Menurut Bambang, pengkajian ini dilatarbelakangi persoalan pencemaran sedimen di tambak terutama di tambak tradisional akibat sisa pakan. “Meskipun sudah ditangani dengan cara pengeringan,pengapuran,serta penyiponan. Juga teknik modern seperti bioremediasi, probiotik,dan minimal water exchange systemtetap saja masih kurangefektif menangani sedimen,” ujarnya.


Gunakan mikroba 
Bambang menjelaskan, dalam pendegradasian atau penurunan akumulasi bahan organik pada sedimen tambak udang menggunakanteknologiMicrobial Fuel Cell (MFC)MFC telah dikembangkan sebagai teknologi dalam pengolahan limbah hasil perikanan dan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan perairan. ”Implementasi dalam pengembangan MFC pada perairan saat ini telah dicobakan pada berbagai jenis sedimen antara lain sedimen estuaria, rawa asin, danau, sungai,dan laut,” jelas Bambang.
Produksi arus listrik oleh sedimen MFC selama 40 hari dengan menggunakan substrat sedimen tambak udang yang dirangkaikan dengan sebuah resistor tetap bernilai 560 Ω ± 5 %. Jumlah arus listrik yang dihasilkan pada hari pertama pengukuran sebesar 15,7 mA per m2 (inlet), 15,7 mA per m2 (tengah), 11,4 mA per m2 (outlet), dan 21,4 mA per m2 (kontrol). Pada hari ke dua terjadi penurunan arus listrik secara drastis yaitu 1,4 mA per m2 (inlet), 2,1 mA per m2 (tengah), 0 mA per m2 (outlet) dan 2,1 mA per m2 (kontrol). “Hal ini disebabkan adanya akumulasi elektron yang telah ada pada sedimen tambak udang yang digunakan,” ujar Bambang.
Setelah hari kedua terjadi peningkatan jumlah arus listrik yang merupakan hasil dari peningkatan aktivitas dan jumlah mikroorganisme pada sedimen yang mencapai puncaknya pada hari ke – 24 yaitu sebesar 161,99 mA per m2dan 0,39 Volt pada titik pengambilan sampel di tengah tambak. “Penurunan jumlah arus listrik menjelang akhir pengukuran sampai hari ke 40 disebabkan bahan organik yang terdapat di sekitar anoda telah berkurang,” jelas Bambang. Meskipun masih dalam skala laboratorium tapi Bambang berharap pengkajian ini dapat memberikan inspirasi dan nilai tambah dalam pemanfaatan sedimen tambak.
Selengkapnya baca di Majalah Trobos Edisi Januari 2012 (www.trobos.com)
◄ Newer Post Older Post ►