Polhukam / Sabtu, 17 Maret 2012 15:48 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqqodas mengatakan kasus M Nazaruddin baru selesai 10 tahun lagi. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan kecewa dengan pernyataan tersebut. "Semua pejabat yang digaji pakai uang rakyat yang gak beres, copot dan pecat," kata Ramadhan kepada wartawan, Sabtu (17/3)...
12/03/2012 18:11
Liputan6.com, Jakarta: Terdakwa kasus skadal wisma atlet, Muhammad Nazaruddin mengaku siap memberkan borok-borok Partai Demokrat jika Ketua Umum PD Anas Urbaningrum akan menggunakan kepentingan politiknya untuk menyerang dirinya.
"Nah, sekarang kan sudah terbuka. Katanya sekarang mau open-openan. Nanti kalau mau saya buka semua, bubar Republik ini!," ujar Nazaruddin di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (12/3) sore.
Menurut Nazar, sejak awal dirinya berniat akan memberkan fakta yang sebenarnya terjadi terkait kasus yang kini menyeret dirinya ke meja hijau. Karena itu kalau memang Anas menantang untuk terbuka, dirinya juga siap terbuka.
"Sebenarnya dari awal saya tidak ingin mengurang-ngurangi dan menambah-nambahkan. Karena apa? Nanti saya pertanggungjawabkan dunia-akherat. Yang saya sampaikan tentang Mas Anas itu apa adanya. Bahwa sekarang kan dia mau terbuka, ya udah ayo terbuka," jelasnya.
Karena itu juga, Nazar menantang Anas, jika memang Anas akan membawa partainya untuk menyerang dirinya, ia siap membeberkan semua borok-borok mantan partainya itu.
"Saya akan tanya temen-temen Demokrat, saya selama ini tidak pernah menuduh Demokrat, tapi kalau mau menyerang secara partai kepada saya, saya akan buka semua secara partai. Apa yang saya lakukan sekarang ini adalah individu. Saya tidak mau merusak atau mengotori partai," katanya.
"Tapi kalau memang ada keptuusan dari Majelis inggin atau Dewan Pembina untuk menyerang secara partai, saya akan buka semuanya nanti," lanjutnya.(JUM)
Sabrina Asril | Aloysius Gonsaga Angi Ebo | Rabu, 29 Februari 2012 | 19:28 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Tan Harry Tantono alias Ayung (45) yang berlatar belakang seorang pengusaha peleburan besi baja PT Sanex Steel Indonesia (SSI) berteman dekat dengan John Refra Kei, tokoh pemuda Maluku, yang lekat dengan dunia kekerasan. Tak ada yang menyangka, di kemudian hari, nyawa Ayung justru meregang di tangan anak buah teman dekatnya itu.
Penyidik di Kepolisian Metro Daerah Jaya menyebutkan John Kei bahkan diduga kuat sebagai otak pembunuhan itu. Menurut sumber Kompas.com, perkenalan Ayung dengan John Kei terjadi pada bulan Januari 2007. Mereka bertemu di rumah tahanan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Ayung ketika itu ditangkap pada tanggal 30 Desember 2006 oleh patroli jalan raya (PJR) di jalan tol Bitung-Tangerang saat hendak menuju ke pabriknya. Ia ditangkap dengan surat penangkapan yang ditandatangani oleh Komisaris Hendro Pandowo dari Ditreskrimum Sat III Jatantras Polda Metro Jaya.
Penangkapan ini terkait dengan laporan Ho Giok Kie alias Arifin yang sebelumnya sama-sama mendirikan PT Sanex Steel Indonesia. Arifin menuduh Ayung telah memberikan keterangan palsu pada akta autentik yaitu SBKRI (Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia) dan akta notaris Inggrid Lannywaty.
Di dalam mobil Ayung, juga ditemukan dua Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan foto Ayung. Sumber itu juga menyebutkan bahwa keberadaan Ayung di Jakarta sudah diintip anak buah Arifin sejak di bandara yang kemudian melaporkan keberadaan Ayung ke penyidik.
Sampai akhirnya, Ayung ditangkap dan dibawa ke rutan Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Dengan status sebagai tahanan itulah, Ayung berkenalan dengan John Kei.
John Kei masuk ke dalam bui karena terlibat kasus pengrusakan di Pondok Gede, Jakarta Timur. Dari balik sel itu, keduanya berteman baik. John Kei kerap membantu Ayung hidup dari balik penjara. Hubungan baik antara John dan Ayung ini diakui kuasa hukum Ayung, Carel Ticualu.
"Keduanya memang berteman baik sejak sama-sama penjara di Polda," ucap Carel, Selasa (28/2/2012) malam di Jakarta.
Carel pun mengaku heran jika John Kei bisa tega membunuh Ayung. Pasalnya, selama ini Ayung tidak pernah berbuat macam-macam ke Ayung.
"Saat John Kei perlu duit, minta ke Ayung dikasih. Kalau ada bisnis apa, dan Ayung bilang visible dan layak ditangani, yah dijalankan. Saya juga agak aneh kalau John Kei bunuh Ayung, apa nggak satu kebodohan buat John Kei," tutur Carel.
Sumber Kompas.com juga mengatakan karena sangat dekatnya John Kei dengan Ayung, pria asal pulau Kei itu bahkan sampai membentak anak buahnya yang berani menyerbu pabrik Ayung.
Ketika itu, sekitar 40 orang anak buah John Kei mendatangi pabrik Sanex di Tangerang. Kedatangan mereka untuk mencari Kong Tju Wok yang disebut-sebut memiliki utang kepada Arifin. Utusan Arifin itu datang dengan menggunakan senjata tajam dan mencari-cari Wok.
Setelah ditelusuri, massa itu ternyata dikoordinir oleh Sammy Kei. Melihat temannya, Wok, dicari-cari kelompok Kei, Ayung langsung menghubungi John Kei. Pertemuan pun dilakukan di apartemen Kemayoran. Massa Sammy Kei datang sudah siap bentrok dengan kelompok Ayung.
Sumber Kompas.com menyebutkan saat itu ada sekitar puluhan orang mendatangi apartemen sambil membawa kelewang. John Kei, Ayung, dan Arifin hadir dalam pertemuan itu. Kehadiran Ayung dan kuasa hukumnya didampingi oleh massa dari Said Kei.
Saat itu, John langsung bertanya ke Ayung soal duduk perkaranya. Ayung menceritakan bahwa uang yang ditagih Arifin sudah dikembalikan Wok. "Itu uang saham yang sudah kembalikan kata Ayung waktu itu," ujar sumber itu.
Massa Sammy Kei yang ada di kubu Arifin sempat mengamuk. Hal ini membuat John Kei naik pitam. John Kei pun memanggil Sammy dan meminta anak-anak buahnya keluar. Meski sempat protes, Sammy menuruti permintaan John.
"Dia (John Kei) bilang, kalau mereka (Ayung dan kuasa hukumnya) kenapa-kenapa, habis keluarga lo semua sama gue. John Kei masih menghargai Ayung sebagai teman dekatnya," ucapnya.
Dengan kedekatan ini, motif John Kei membunuh Ayung pun dipertanyakan.
Ayung - Said Kei
Selain John Kei, Ayung juga dekat dengan Said Kei. Perkenalan Ayung dan Said terjadi saat penahanan Ayung dipindahkan ke rutan Salemba. Selama di penjara, Ayung selalu dikawal ketat Said.
Hubungan antara Ayung dengan Said ini pun berlanjut saat keduanya bebas. Said lalu dipekerjakan Ayung di perusahannya di Sanex. Namun, Said akhirnya dipindah ke perusahaan Ayung di Kalimantan.
Karena dikenal dekat dengan Ayung, Said pun sampai dipanggil polisi untuk bersaksi dalam kasus pembunuhan Ayung. Said diperiksa Polda Metro Jaya pada Sabtu (25/2/2012) lalu. Dalam keterangan singkatnya kepada media, Said mengakui bahwa ia kenal dengan Ayung. "Iya kenal. Dia (Ayung) adalah bos saya," aku Said saat itu.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, kesaksian Said ini digunakan untuk melihat latar pertemuan Ayung dengan John di kamar 2701 Swiss-belhotel, Sawah Besar, sebelum pembunuhan terjadi. Carel pun membenarkan kedekatan Ayung ini.
"Said nempel terus, artinya ke mana Ayung pergi, Said mengawal. Sampai akhirnya Said menjaga pabrik. Ini semua berjalan dengan baik dan John Kei tahu," ucapnya.
Carel juga membantah adanya perseteruan antara John dan Said dalam merebut hati Ayung. "Ayung juga tidak mau membedakan," imbuhnya.
Ayung - Ongen Sangaji
Pada saat Ayung menjalani proses hukum di rutan Salemba, perusahaan Ayung sempat diserang kelompok tak dikenal tanggal 26 Januari 2007. Berdasarkan data yang dihimpun, saat itu massa yang dipimpin Amir Talaohu dan Mutaqin membawa surat tugas dari Ho Giok Kie alias Arifin untuk mengambil alih pabrik.
Kasus ini akhirnya dilaporkan ke Polres Tangerang keesokan harinya. Kasus ini akhirnya diputus oleh Pengadilan Negeri Tangerang pada tanggal 4 Agustus 2008 yang menghukum Mutaqin dan Amir dengan pidana 3 bulan, sedangkan Arifin terbukti tidak terlibat dalam kasus itu.
Pada saat proses penyerangan itu terjadi, pimpinan kelompok-kelompok Maluku seperti John Kei, Said Kei, dan Ongen Sangaji sempat berkumpul untuk membuat perdamaian. Terkait hal ini, Carel membenarkan. Dikatakannya, ia sebagai kuasa hukum Ayung turut terlibat dalam perundingan itu.
"Di situlah mereka kenal semuanya. Ayung kenal John Kei, kemudian Ayung kenal Ongen kemudian Ayung masuk Salemba kenal Said. Kemudian tiga orang ini mereka saling kontak, ternyata mereka saling kenal. Hubungan baik ini terus dilakukan sampai Ayung keluar penjara," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Ayung ditemukan tewas bersimbah darah di kamar 2701 Swiss-belhotel, Sawah Besar, Jakarta Pusat pada tanggal 26 Januari 2012 lalu. Ayung tewas dengan 32 luka tusuk di bagian leher, perut dan pinggang.
Tak lama setelah kejadian, tiga orang tersangka yakni Tuce Kei, Ancola Kei, Candra Kei, menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya. Kemudian, polisi membekuk lagi dua orang lainnya yakni Dani Res dan Kupra.
Terakhir, polisi membekuk John Kei yang diduga menginstruksikan pembunuhan itu. Pembunuhan ini diduga terkait penagihan jasa honor debt collector anak buah John Kei yang digunakan Ayung. Nilai fee itu mencapai Rp 600 juta.