Masyarakat kampung laut Melahing : Kebaikan yang tercoreng
MONDAY, FEBRUARY 6, 2012
Masyarakat marikultur handalKampung Melahing merupakan kawasan pemukiman dengan karakteristik khas di wilayah pesisir Kota Bontang. Kondisi geografis daerah ini berada di daerah pesisir atas air, dengan kondisi pasang surut.
Mata pencaharian utama masyarakat disana adalah berbudidaya laut atau marikultur. Selain itu mereka menangkap dengan alat bubu dan mengumpulkan teripang. Kegiatan marikultur disana umumnya berbudidaya ikan kerapu dan kakap putih. Budidaya itu dilakukan di sebuah keramba tancap yang dipasang di bawah bangunan rumah panggungnya.
Namun siapa sangka bahwa ternyata di kampung yang tenang dan lestari itu terjadi konflik kepentingan yang membuat rusak alam sekitar. Berikut paparan singkatnya.
Berterimakasih pada alam
Masyarakat Kampung Melahing berkeyakinan bahwa laut telah memberi mereka rizki, sehingga mereka harus berterimakasih dengan memberi persembahan kepada laut. Untuk keperkan itu, setiap setahun sekali para nelayan juga melakukan kegiatan ”kasih makan karang” dengan sesajian berupa makanan dan buah-buahan.
Ritual tersebut dilakukan pada akhir tahun dan diikutsertakan bersamaan dengan nelayan di Bontang Kuala. Hal itu merupakan salah satu tradisi yang berkemban disana. "Meski seluruhnya beragama Islam, tapi mereka masih mempercayai hal-hal gaib yang berkenaan dengan hidup mereka sehari-hari," ujar Sosiolog dari Universitas Mulawarman, Erwiantono, M.Si.
Selain "kasih makan karang" ada pula tradisi ketika terjadi musibah. Bila ada keluarga nelayan yang sakit atau meninggal, mereka melakukan ritual ”membuang ke laut” untuk menolak bala. Caranya, melempar sesaji berupa ketan, telur, pisang ambon, dan kelapa, ke laut.
Mereka percaya di laut ada mahluk berupa manusia yang menyerupai buaya, yang bertugas sebagai penunggu laut. Sesajian itu diharapkan dapat menyenangkan mereka sehingga tidak terjadi lagi musibah yang menimpa keluarga.
Menangkap ikan dengan bom
Masyarakat Kampung Melahing juga sadar lingkungan. Hal itu terlihat dari cara mereka menjaga hutan mangrove sebagai, sabuk pengaman air buangan dari sungai dan penahan gelombang dari laut.
Sebagai peternak kerapu, mereka sangat paham bahwa hutan mangrove merupakan tempat memijahnya (bertelur) ikan kerapu. Jika mangrove rusak, tidak ada lagi tempat mencari benih kerapu. Namun kesadaran mereka dirusak oleh nelayan lain.
Masalah yang utama adalah saat nelayan lain menangkap ikan dengan menggunakan bom. Pasalnya nelayan Kampung Melahing memasang bubu di daerah karang. Pengeboman menyebabkan karang dan bubu yang dipasang menjadi rusak.
Tak ayal, ekosistem rusak, nelayan pun kesulitan mendapatkan ikan karena siklus reproduksi dan pertumbuhannya terganggu.
Permasalahan selanjutnya, yakni penebangan bakau oleh nelayan belat. Mereka menggunakan kayu bakau yang masih kecil untuk membuat alat tangkap belat. Jika dibiarkan, keadaan tersebut merusak mangrove dan benih kerapu bakau semakin sulit dicari karena ekosistemya terganggu.