Rabu, 15 Februari 2012

Aklimasi Meningkatkan Toleransi Ikan Terhadap Daya Racun Amonia

Arsip Cofa No. B 004



Daya racun amonia pada konsentrasi tertentu tergantung pada beberapa faktor. Ikan cenderung meningkatkan toleransinya terhadap amonia ketika diaklimasikan secara perlahan-lahan terhadap peningkatan konsentrasi amonia selama beberapa minggu atau bulan.

Beberapa faktor mengubah daya racun amonia dalam air. Faktor tersebut diantaranya adalah aklimasi.

Daya racun amonia bagi ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada bukti bahwa ikan yang pernah mengalami aklimasi terhadap konsentrasi amonia subletal akan lebih dapat bertahan terhadap konsentrasi letal akut, setidaknya selama beberapa periode jam dan mungkin beberapa hari.

Aklimasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya racun amonia. Ada beberapa bukti bahwa pemaparan-pendahuluan ikan rainbow trout terhadap amonia pada kadar subletal akan meningkatkan toleransi ikan tersebut terhadap amonia. Bagaimanapun, tidak ditemukan bukti adanya aklimasi bila konsentrasi amonia yang digunakan selama aklimasi sangat rendah sehingga tidak cukup untuk memicu respon aklimasi. Diduga bahwa aklimasi dapat terjadi akibat pengaturan enzim yang terlibat dalam penetralan daya racun amonia.

Daya racun amonia bervariasi sesuai dengan kondisi lingkungan (misal, pH, suhu, salinitas, kesadahan air) dan agen penyebab stres lainnya. Pemaparan terhadap amonia pada level subletal juga meningkatkan toleransi terhadap daya racun amonia.

Peranan aklimasi dalam toleransi ikan Tilapia aurea terhadap amonia tak terionisasi secara kronis dan akut telah diteliti. Untuk ikan yang tidak terpapar amonia sebelum uji akut, nilai konsentrasi letal median 48-jam (LC50) adalah 2,40 mg/liter amonia tak terionisasi. Setelah ikan terpapar amonia tak terionisasi pada konsentrasi sub letal (0,43–0,53 mg/liter) selama 35 hari, konsentrasi setinggi 3,4 mg/liter tidak menyebabkan kematian dalam waktu 48 jam. Perubahan histopatologis terjadi pada insang ikan yang terpapar amonia baik dosis akut maupun non letal. Penyumbatan kapiler, pendarahan dan “telangiectasis” merupakan gejala-gejala umum kerusakan insang.

Bioesei daya racun akut di mana ikan dipaparkan terhadap amonia yang konsentrasinya berfluktuasi dengan siklus jangka-pendek telah dilakukan terhadap ikan rainbow trout (Salmo gairdneri) dan pada ikan cutthroat trout (S. clarki). Juga dilakukan uji lain di mana ikan dipaparkan terhadap amonia pada konsentrasi konstan. Lama pengujian berkisar dari 96 jam sampai 4 minggu. Nilai-nilai konsentrasi letal median (LC50) baik untuk konsentrasi amonia rata-rata maupun konsentrasi fluktuasi maksimum telah dibandingkan dengan nilai-nilai LC50 untuk uji konsentrasi konstan (konvensional). Berdasarkan perbandingan hasil pemaparan ikan terhadap dosis total, penelitian menunjukkan bahwa ikan lebih toleran terhadap amonia berkonsentrasi konstan daripada terhadap amonia yang konsentrasinya berfluktuasi. Ikan yang terkena amonia dengan konsentrasi berfluktuasi pada level di bawah nilai toksik akut akan menjadi lebih sanggup bertahan terhadap fluktuasi konsentrasi amonia yang lebih tinggi daripada ikan yang sebelumnya tidak diaklimasikan.

Kelangsungan hidup smolt (ikan umur 2-3 tahun) Atlantic salmon yang terpapar amonia pada konsentrasi konstan telah diamati pada kondisi laboratorium. Pada konsentrasi oksigen terlarut mendekati nilai kejenuhan-udara, LC50 24 jam amonia tak terionisasi adalah 0,15 mg NH3 per liter dalam air tawar (kesadahan 264 mg per liter sebagai CaCO3) dan 0,3 mg NH3 per liter dalam air laut 30%; pada konsentrasi oksigen terlarut 3,5 mg per liter dalam air tawar dan 3,1 mg per liter dalam air laut 30%, LC50 24-jam adalah 0,09 mg NH3 per liter dan 0,12 mg NH3 per liter berturut-turut. Untuk ikan yang diaklimasikan selama 1 hari terhadap konsentrasi amonia yang hampir sama dengan nilai median 24-jam pada ikan yang tak diaklimasi, nilai median ini meningkat antara 38 dan 79 %, tergantung pada kondisi pengujian.


REFERENSI :

◄ Newer Post Older Post ►