Selasa, 14 Februari 2012

Dapatkah Kalsium Menurunkan Daya Racun Amonia ?




Arsip Cofa No. B 002





Memelihara ikan pada kepadatan tinggi dengan pertukaran air terbatas dapat menimbulkan situasi di mana konsentrasi amonia naik secara akut. Penimbunan amonia dianggap merupakan faktor utama pembatas-kepadatan ikan selama transpor dan pemeliharaan ikan golden shiner, Notemigonus crysoleucas. Telah dilakukan penelitian daya racun UIA (un-ionized ammonia, amonia tak terionisasi) 48- dan 72-jam pada ikan golden shiner sebagai respon terhadap sumber amonia, pH, konsentrasi kalsium, dan salinitas. Peningkatan konsentrasi kalsium lingkungan (75 mg/liter) menurunkan daya racun UIA bagi ikan shiners sebesar 21.7% pada pH 8. Untuk membatasi kematian ikan golden shiner akibat keracunan UIA, kalsium klorida sebaiknya ditambahkan ke sumber air yang mengandung kesadahan kurang dari 100 mg/liter, dan tangki pemeliharaan ikan sebaiknya digelontor bila konsentrasi UIA mendekati 0.13 (pH 7), 0.11 (pH 8), atau 0.10 (pH 9) mg/liter pada 48 jam atau 0.12 (pH 7), 0.08 (pH 8), atau 0.07 (pH 9) mg/liter setelah 72 jam.




Pengaruh kalsium terhadap daya racun amonia bagi ikan sunshine bass (Morone sp.) telah dipelajari. Konsentrasi letal amonia nitrogen tak terionisasi terhadap 50 % ikan dalam waktu 96 jam (LC50 96 jam) berkisar dari 0,32 sampai 0,60 mg/liter dan meningkat secara nyata dengan meningkatnya konsentrasi kalsium pada kisaran uji (5-80 mg/liter). Penelitian ini menunjukkan bahwa ikan sunshine bass relatif peka terhadap amonia. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam habitat air tawar peningkatan konsentrasi kalsium bisa memperbaiki toleransi ikan terhadap amonia.



Salah satu faktor yang mempengaruhi daya racun amonia adalah kekuatan ionik air. Kekuatan ionik air (diukur berdasarkan padatan terlarut) mempengaruhi keseimbangan dua bentuk amonia, walaupun pada kisaran yang lebih kecil daripada pH dan suhu. Dalam perairan tawar, daya racun amonia meningkat akibat makin besarnya perbedaan antara kekuatan ionik air dengan kekuatan ionik darah ikan, yang secara kasar nilainya sepertiga kekuatan air laut. Amonia memiliki efek diuretik (merangsang peningkatan produksi urin) pada ikan rainbow trout, dan dengan demikian ikan harus mengganti ion-ion yang hilang bersama urin. Beberapa peneliti menduga bahwa amonia ditranspor secara aktif keluar dari tubuh ikan melalui pompa NH4+/Na+, sehingga konsentrasi Na+ yang lebih tinggi di dalam air akan meningkatkan transpor ini, mengurangi konsentrasi amonia di dalam tubuh ikan dan mengurangi daya racunnya. Bagaimanapun, beberapa peneliti mengabaikan keberadaan pompa NH4+/Na+ ini, dan menduga bahwa semua ekskresi amonia pada ikan rainbow trout air tawar adalah melalui difusi pasif. Kalsium dan kation-kation bervalensi-dua lainnya (misal, Mg2+) telah diketahui menurunkan permeabilitas membran insang dan dapat meningkatkan pemasukan natrium ke dalam tubuh ikan, yang selanjutnya juga dapat mengurangi daya racun amonia. Telah ditunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi ion kalsium dapat mengurangi daya racun amonia pada rainbow trout.



Kesimpulan serupa dalam hal pengaruh kalsium terhadap daya racun amonia juga diberikan oleh Wicks. Ketika mempelajari pengaruh amonia terhadap aktivitas renang ikan salmon dan trout, ditemukan fakta bahwa pada pH konstan, peningkatan konsentrasi kalsium menurunkan daya racun amonia.



Baimanapun, beberapa penelitian menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Pengaruh natrium, kalium dan pH terhadap daya racun amonia bagi amfipoda Hyalella azteca telah dipelajari. Bahan yang diuji adalah amonium klorida, dan asam hidroklorik digunakan untuk mengasamkan larutan. Mereka melaporkan bahwa natrium dan kalium mempengaruhi daya acun amonia bagi Hyalella azteca, dan bahwa efek pH terhadap daya racun amonia bagi Hyalella azteca tergantung pada kesadahan dan pada konsentrasi natrium dan kalium. Berdasarkan larutan uji, peneliti menyimpulkan bahwa kalsium, magnesium dan anion tidak mempengaruhi daya racun amonia.



Pengaruh natrium dan kalsium terhadap daya racun amonia akut 96-jam telah diamati pada ikan trout danau (Salvelinus namaycush) dan ikan salmon Atlantik (Salmo salar). Kalsium tidak melindungi larva maupun anak ikan salmon Atlantik dari keracunan amonia. Natrium melindungi smolt (salmon umur 2-3 tahun) dari keracunan amonia tetapi tidak mempengaruhi toleransi fry (anak ikan) salmon Atlantik terhadap daya racun amonia. Kedua kation ini meningkatkan toleransi anak ikan trout danau berukuran 8 gram terhadap keracunan amonia, tetapi tidak mempengaruhi secara nyata daya racun amonia terhadap anak ikan trout danau berukuran 0,9 gram. Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efek pelemahan yang ditimbulkan kation dalam larutan terhadap daya racun amonia mungkin berhubungan dengan spesies, ukuran dan tahap hidup ikan.



◄ Newer Post Older Post ►