Kamis, 16 Februari 2012

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Racun Amonia

Arsip Cofa No. B 005



Faktor-faktor yang mempengaruhi daya racun amonia bagi ikan adalah sebagai berikut :

1. Oksigen terlarut (DO). Banyak peneliti mengamati bahwa daya racun amonia meningkat dengan menurunnya konsentrasi DO dan bahwa toleransi terhadap amonia menurun dengan menurunnya DO. Nilai LC50-96 jam untuk daya racun amonia pada rainbow trout turun sekitar 30 % pada kisaran konsentrasi DO 8,5 dan 5 mg/liter. Konsentrasi DO minimum disarankan 5 mg/liter.

2. pH. pH air mempengaruhi daya racun amonia dengan mengubah rasio distribusi bentuk amonia total. Peningkatan pH menyebabkan peningkatan fraksi amonia tak terionisasi. Bagaimanapun, terlepas dari efek pH terhadap keseimbangan spesies amonia, nilai LC50-96 jam akan menurun dengan menurunnya pH pada kisaran 9 sampai 6,5. Karena pH rendah dianggap tidak beracun, maka adalah mungkin bahwa efek racun disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi ion amonium (NH4+).

3. Suhu. Pengaruh suhu terhadap daya racun amonia adalah tidak jelas, terlepas dari pengaruh suhu terhadap distribusi bentuk-bentuk amonia. Bagaimanapun, beberapa studi menunjukkan hasil yang sebaliknya atau bahkan suhu tidak memberikan pengaruh.

4. Aklimasi. Ada beberapa bukti bahwa pemaparan-pendahuluan rainbow trout terhadap amonia pada kadar subletal akan meningkatkan toleransi ikan tersebut terhadap amonia.

5. Fluktuasi konsentrasi amonia. Telah lama diketahui bahwa dalam sistem budidaya, konsentrasi amonia lingkungan berfluktuasi tiap jam akibat variasi tingkat eksresi amonia. Telah dilaporkan bahwa ikan uji lebih sanggup mentolerir amonia berkonsentrasi konstan daripada amonia yang konsentrasinya berfluktuasi.

6. Gerak badan (exercise). Banyak peneliti melaporkan bahwa aktivitas renang meningkatkan daya racun amonia pada rainbow trout dan bahwa peningkatan konsentrasi amonia lingkungan akan menurunkan kemampuan renang. Nilai LC50-96 adalah 32 mg/liter total amonia nitrogen (sekitar 0,08 mg/liter NH3-N) untuk ikan yang melakukan gerak badan, dan 207 mg/liter total amonia nitrogen (0,52 mg/liter NH3-N) untuk ikan yang beristirahat. Gambaran ini lebih rendah daripada nilai-nilai LC50-96 jam lainnya.

7. Makan/puasa. Dalam kondisi budidaya ikan, sumber primer amonia adalah metabolisme ikan. Jadi, aktivitas makan pastilah berdampak pada kadar amonia. Juga ada bukti bahwa aktivitas makan mempengaruhi daya racun amonia – ikan yang makan adalah kurang peka terhadap amonia lingkungan daripada ikan yang tidak makan. Hal ini diduga disebabkan oleh sistem penetralan racun yang lebih efisien pada ikan yang makan. Dilaporkan bahwa ikan yang makan dapat mentolerir kadar amonia dalam plasma darah pada konsentrasi yang di lingkungan bersifat letal, yang diduga disebabkan aktivitas sistem penetralan racun amonia.

8. Stres. Ada beberapa bukti bahwa stres meningkatkan daya racun amonia pada ikan, tetapi hal ini tidak dapat disimpulkan. Diduga bahwa ikan yang berulang-ulang mengalami stres akan memperbaiki sistem penetralan racun amonia.

9. Kekuatan ionik air. Kekuatan ionik air (diukur berdasarkan padatan terlarut) mempengaruhi keseimbangan dua bentuk amonia, walaupun pada kisaran yang lebih kecil daripada pH dan suhu. Dalam perairan tawar, daya racun amonia meningkat akibat makin besarnya perbedaan antara kekuatan ionik air dengan kekuatan ionik darah ikan, yang secara kasar nilainya sepertiga kekuatan air laut.

10. Tahap hidup dan ukuran. Toleransi terhadap daya racun amonia meningkat, ketika ikan berkembang dari tahap larva, sampai menjadi toleransi maksimum, ketika ikan mencapai tahap juvenil/muda (sekitar 1-4 gram), yang selanjutnya toleransi terhadap amonia berkurang. Toleransi rainbow trout adalah 50 kali lebih besar pada ikan yang tidak menyerap kuning telur seluruhnya dibandingkan pada ikan trout dewasa.

Gas karbon dioksida yang terlarut dalam air juga mempengaruhi daya racun amonia. Daya racun amonia berkurang dengan meningkatnya konsentrasi karbon dioksida.

Daya racun amonia juga dipengaruhi oleh kesadahan air. Pengaruh pH dan kesadahan terhadap daya racun amonia bagi amfipoda telah diteliti. Pendedahan Hyalella azteca terhadap amonia dilakukan selama 96 jam dengan kesadahan air 42, 100, dan 270 mg/liter CaCO3 serta pH sekitar 6.5, 7.5, dan 8.5. Dalam air berkesadahan rendah, daya racun total amonia adalah konstan sepanjang uji pH. Ketika kesadahan air naik, daya racun amonia (pada basis total) terhadap amfipoda menurun dan menjadi lebih tergantung pada pH. Data penelitian menunjukkan bahwa pada air berkesadahan lebih rendah amfipoda sangat peka terhadap bentuk amonia terionisasi (NH4+). Hal ini bertentangan dengan kebanyakan spesies lain yang telah diuji, yang secara khas lebih peka terhadap amonia tak terionisasi (NH3) daripada terhadap NH4+. Data ini menyediakan landasan penting untuk menafsirkan kemungkinan peranan amonia dalam mempengaruhi daya racun sedimen bagi H. azteca dan juga menunjukkan bahwa pada beberapa situasi NH4+ mungkin lebih penting dalam penentuan daya racun amonia.

Salinitas mempengaruhi daya racun amonia. Kriteria nasional yang diusulkan EPA untuk perairan asin adalah kriteria konsentrasi kontinyu (nilai kronis) sebesar 0.99 mg N/liter total amonia dan kriteria konsentrasi maksimum (setengah rata-rata nilai akut) sebesar 6.58 mg N/liter total amonia, agak sedikit lebih rendah daripada nilai untuk perairan tawar dengan pH pH 8.0 sebesar 1.27 dan 8.4 mg N/liter total amonia, berturut-turut. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa spesies laut lebih peka terhadap amonia daripada spesies air tawar.


REFERENSI :

◄ Newer Post Older Post ►